Sabtu 23 Nov 2019 15:09 WIB

Muslimah Hamil Diserang dan Islamofobia Kronis di Australia

Penyerangan Muslimah hamil menandai puncak Islamofobia.

Rep: Febryan A/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi Islamofobia
Foto: Foto : MgRol_93
Ilustrasi Islamofobia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rana Haidar dalam kondisi hamil 38 pekan diserang seorang pria tak dikenal di sebuah kafe di Kota Sydney, Australia, Kamis (21/11). Serangan ini dinilai sebagai pertanda meningkatnya tren anti-Islam di Australia. Terlebih sebelumnya, serangan pada jamaah masjid di Christchurch, Selandia Baru, juga dilakukan warga Australia.  

Rana Haidar yang dalam kondisi hamil tua itu diketahui diserang tanpa sebab oleh seorang pria tak dikenal. Rana dipukul pria itu. Dalam rekaman video kejadian, tampak pria itu meneriakkan makian anti-Islam di kafe itu sebelum menuju meja Haidar dan koleganya. Haidar yang menggunakan hijab bersama rekannya juga dimaki-maki oleh pria itu dengan nada kebencian pada Islam. Barulah ia diserang secara tiba-tiba.

Baca Juga

Rekan-rekan Haidar yang melihat kejadian itu langsung berupaya menghentikannya. Pria itu baru bisa dilumpuhkan setelah tamu kafe lainnya ikut membantu dan polisi pun datang membekuknya.

Usai kejadian, Haidar mencurahkan perasaannya di halaman Facebook-nya. "Saya seroang Muslim. Saya kerap mendapat serangan secara verbal dari warga Australia sebelumnya, tapi tak pernah terpikirkan bahwa akan ada serangan fisik yang menimpa diri saya," tulis dia.

Pria itu, lanjut Haidar, menyampaikan ujaran kebencian terhadap Muslim sebelum memukul dirinya. Lalu menyerang atas kebencian itu tanpa mengetahui siapa Haidar dan agamanya.

"Saya ingin melihat dunia dimana orang-orang melindungi orang lain dari tindakan-tindakan pengecut seperti itu dan bersama melindungi para korban," tulis Haidar.

Atas kejadian itu, para pengguna media sosial banyak menilai bahwa anti-Islam telah merajalela di Australia. Para pemimpin politik dan agama diminta untuk segera menyikapi hal ini.

Laman trdworld.com, pada Sabtu (23/11), menulis bahwa kebencian anti-Muslim memang telah menjadi normal di tingkat publik dan pemerintah di banyak negara barat. Banyak media yang menjelek-jelekkan Islam dan Muslim dengan pemahaman yang keliru dan bahkan dibesar-besarkan.

Sebaliknya, tulis media Turki itu, ketika Muslim mendapat diskriminasi atau serangan, maka media barat kerap menghilangkan identitas agamanya pada headline berita.

Jurnalis dan presenter Inggris, Mehdi Hasan, juga menemukan hal serupa dari liputannya terhadap kasus Haidar. Dia mengatakan, media Australia New.com.au tidak menyebutkan bahwa Haidar adalah seorang Muslim dalam tajuk utama beritanya. Mereka hanya menulis: "Pregnant women ‘stomped on’ in horror Parramatta cafe random attack.”  

Sedangkan identitas Haidar dan serangan yang bersifat anti-Islam baru ditampilkan dalam badan beritanya. “Aneh, ini adalah bukti yang jelas bahwa itu adalah serangan anti-Muslim yang mengerikan, di Australia. Tapi hanya terkubur di paruh kedua tulisan tersebut. Media Barat terus mengecilkan Islamofobia," kata Hasan.

  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement