Sabtu 23 Nov 2019 06:19 WIB

Takwa Amal Batin dengan Dampak Nyata, ini 5 Ciri-Cirinya

Takwa dapat terlihat efeknya di kehidupan nyata.

Ilustrasi Berdoa di Masjid Kiblat Tain (Dua Kiblat) di Madinah
Foto: Antara/Saptono
Ilustrasi Berdoa di Masjid Kiblat Tain (Dua Kiblat) di Madinah

REPUBLIKA.CO.ID, Takwa merupakan jalan menuju kesempurnaan seorang hamba. Takwa merupakan amal yang bersifat batin namun dampaknya sangat bisa dirasakan secara lahir. Apa saja sebenarnya yang menjadi ciri-ciri orang bertakwah? 

Ciri takwa itu ada lima. Pertama, orang yang percaya kepada hal-hal gaib. Kedua, orang yang selalu mendirikan shalat baik shalat wajib maupun shalat sunat. ''Kerjakanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan yang jahat (keji) dan yang munkar,'' (QS al-Ankabut: 45)

Baca Juga

Shalat ialah menghadapkan hati kepada Sang Khaliq, Allah SWT sebagai ibadah. Amal ibadah tersebut terdiri dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Rasulullah saw dan para sahabat dahulu menjadikan shalat sebagai terminal peristirahatan setelah hati lelah menjalani kehidupan, setelah jiwa ini penat menapaki ujian hidup yang begitu berat.

Bila masuk waktu shalat, Rasulullah memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan azan seraya berkata, ''Wahai Bilal, tenteramkan hati kami dengan shalat.'' (HR Daruqutni).

Salah satu syarat diterimanya shalat adalah dengan memusatkan seluruh perhatian kita terhadap gerakan shalat yang kita lakukan atau yang lebih dikenal dengan kata khusyuk. Khusyuk, menurut Imam Ghazali, adalah hudurul qalbi, menghadirkan segenap hati, perhatian dan ketundukan kita kepada Allah SWT. Umar Radiyallahu'anhu berkata, ''Khusyuk bukanlah menundukkan kepala, melainkan menghadirkan hati.''

Ketiga, orang yang menginfakkan sebagian rezekinya di jalan Allah, mengingat dan merasakan penderitaan orang lain. Ketika kita merasakan lapar dan haus, saat itu pulalah kita diminta merasakan penderitaan mereka-mereka yang jarang makan dan minum. ''Melalui pengingatan semacam ini kita diajarkan untuk tahu bahwa masih ada orang yang lebih menderita dibandingkan kita, bahkan hanya untuk sekadar memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan dan minum,'' ujarnya.

Di sinilah sebenarnya terkandung makna solidaritas umat. Bahwa masih ada yang hidupnya lebih susah daripada kita. Dan kelak ketika Ramadhan akan berakhir, kita diminta untuk menunaikan zakat sebagai bukti penggalangan aksi solidaritas tersebut.  Dari sini terbukti, sebagai seorang yang banyak dilimpahi nikmat dari-Nya kita tidaklah terbenam dalam gila harta, juga dalam kebakhilan atau kekikiran. Keempat, percaya kepada kitab Alquran dan kitab sebelumnya, yakni Zabur, Injil dan Taurat. Kelima, percaya pada hari akhir.

 

 

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement