REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Berzikir atau menyebut nama Allah merupakan aktivitas yang paling mudah dilakukan. Selain mendapatkan pahala, berdzikir juga dapat digunakan untuk menghalau rasa sedih dan kesepian.
Secara psikologis, kesepian memang lumrah dan kerap melanda seseorang. Apalagi kepada mereka yang tengah mengalami quarter life crisis, fase di mana seseorang dalam masa transisi dari remaja hingga menuju fase dewasa. Umumnya quarter life crisis kerap dialami oleh mereka yang berusia 25-30 tahun. Dampak yang dirasakan yakni kesepian dan merundung masa depan yang kerap dianggap gelap tanpa cahaya.
Dalam Kitab Jamiul Ulum al-Hikam karya Ahmad bin Utsman al Mazyad dijabarkan tentang percakapan yang menarik yang dapat dipetik hikmahnya. Dijabarkan bagaimana Muhammad bin an-Nadhar ketika ditanya apakah tengah merasa kesepian, dia menjawab bahwa bagaimana mungkin dia kesepian sedangkan Allah berfirman bahwa Allah merupakan teman duduknya orang-orang yang berdzikir ketika mengingatNya.
Ibnu Katsir dalam literatur tafsirnya pernah menyebut bahwa barangsiapa yang berdzikir menyebut namaNya, maka Allah akan menenangkan hati dan pikirannya dari rasa gundah gulana. Allah menjamin bahwa diriNya akan ada di sisi para hamba yang terus mengingatNya.
Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat ar-Ra’d ayat 28 berbunyi: "Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram,".
Kesedihan memang menyakitkan. Namun bukan berarti manusia boleh terhanyut dalam kesedihan dan lupa bahwa Allah kerap menemani langkah kita. Isilah relung hati dan jiwa dengan membasahi lidah dan jiwa kita hanya dengan menyebut namaNya. Meminta kepada Allah Sang Maha Pemurah, minta agar kesedihan yang dirasa bisa berlalu.
Bahwa sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang bertakwa. Bahwa sebaik-baik teman duduk adalah zikir yang mengacu padaNya. Jangan kalah, jangan menyerah, jangan mengoleksi kesedihan yang mengundang aura negatif dan mengurangi ibadah. Innallaha ma'ana, sesungguhnya Allah bersama kita. Berzikirlaj jika sedih dan kesepian melanda.