Rabu 20 Nov 2019 05:15 WIB

Apakah Kita Radikal-Ekstrem Beragama? Kenali Ciri-Cirinya

Ciri-ciri radikal beragama terkait dengan pemahaman dan praktik.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah
Umat Islam (ilustrasi).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Umat Islam (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Istilah 'radikal' kembali menjadi salah satu topik hangat yang diperbincangkan belakangan ini. Radikal pun ditujukan kepada sejumlah oknum umat Islam terhadap praktik beragama yang dijalankan. 

Benarkah seorang Muslim bisa mengarah kepada radikal dan ekstrem dalam beragama? Direktur Rumah Fikih Indonesia, Ustaz Ahmad Sarwat, menjelaskan bahwa radikal dalam beragama sangatlah mungkin terjadi. 

Baca Juga

Dia mengatakan, berislam secara radikal memiliki banyak macam dan bentuknya. Di antaranya adalah sebagai berikut: 

1. Tidak kenal khilafiyah 

Ciri umum orang yang terkena paham radikal ialah tidak memahami bahwa dalam beragama ada banyak khilafiyah. Karena itu, menurutnya, orang tersebut cenderung mewajibkan atau mengharamkan sesuatu secara langsung. Padahal, para ulama masih berbeda pendapat dan hukumnya masih khilafiyah atau ada perbedaan pendapat.

2. Cenderung bias dalam memandang suatu urusan 

Dalam hal ini orang yang berpaham radikal cenderung biasa dalam memandang sekaligus berlebihan dalam beragama. Misalnya, kekeliruan tingkat kecil yang bisa dimaafkan dan manusiawi, dipandang sebagai urusan dunia akhirat atau dosa besar. Sementara pelaku dosa besar disejajarkan dengan orang kafir.

3. Eksklusif

Orang yang berpaham radikal cenderung merasa ekslusif atau merasa kelompoknya saja yang berada di jalan yang lurus. Sementara itu, yang bersangkutan memandang orang di luar kelompoknya keliru atau tidak sesuai dengan agamanya.

4. Pengkultusan individu 

Biasanya, orang berpaham radikal sangat mengkultuskan tokoh kelompok mereka sendiri. Tidak jarang, mereka berpendapat posisinya lebih makshum atau nyaris tidak pernah salah. 

5. Cenderung menyalahkan yang tidak sejalan 

Menurut Ustaz Sarwat, orang berpaham radikal cenderung menyalahkan semua orang yang tidak sejalan atau sependapat. Misalnya, mereka mudah memvonis orang kafir, fasik, munafik, jahiliyah, karena sebab yang sepele.

6. Dangkal keilmuan tapi semangat menyala 

Selain itu, Ustaz Sarwat mengatakan kerap ditemukan orang yang berpaham radikal tidak terlalu memiliki dasar-dasar ilmu KeIslaman dan ilmu syariah yang mumpuni. Namun sebaliknya, semangat mereka begitu membara untuk menerapkan syariat. Biasanya, mereka merupakan kalangan yang awam dengan agama, namun baru memiliki kesadaran dan nilai-nilainya secara instan. 

7. Tidak memiliki rujukan keilmuan berstandar 

Menurut Ustaz Sarwat, orang berpaham radikal biasanya berdalih dengan menggunakan petikan ayat Alquran atau potongan hadis terjemahan.

Tidak jarang, menurutnya, maknanya diterjemahkan sekehendaknya yang dianggap bisa mendukung opininya. 

Namun, setelah diteliti lebih jauh, teknik berdalilnya itu menurutnya terlalu rapuh dan tidak tepat. Dengan demikian, biasanya orang demikian tidak merujuk kepada kitab tafsir atau syarah hadis.

8. Emosional dan delusif 

Ustaz Sarwat mengatakan, orang berpaham radikal cenderung bersikap emosional, mudah marah dan benci, mudah curiga dan fobia. Dalam delusinya, menurutnya, umat Islam saat ini dalam keadaan genting dan tengah diserang dari segala penjuru.

Keyakinan atau kenyataan semu itu diyakini terus menerus. Meskipun, bukti atau kesepakatan berlawanan. Salah satunya melalui indoktrinasi menggunakan hadits nabawi yang bercerita keadaan umat di akhir zaman. 

Padahal, menurut Ustaz Sarwat, dalam kenyataannya Islam bebas diamalkan, diajarkan dan didakwahkan. Hal ini kemudian dengan mudah ditangkap oleh para aktivis pemula yang memiliki ghirah dakwah besar.

9. Rajin beramal 

Menurutnya, mereka yang berpaham radikal umumnya lebih rajin mengamalkan sisi-sisi agama. Misalnya, rajin shalat berjamaah, rutin tilawah, aktif shalat malam, hadir di banyak kajian dan banyak mengutip hadis.

Hal demikian menurutnya memang sesuatu yang positif. Namun, menjadi negatif ketika itu bercampur dengan sikap merasa diri paling suci, paling benar sendiri, dan dekat dengan Tuhan. Sehingga, mudah mengejek atau merendahkan orang yang tidak seperti dirinya. Misalnya, salah satunya dari segi penampilan juga.

Perilaku demikian seperti halnya memandang orang lain yang tidak berjamaah, misalnya, sebagai munafik. Menurut Ustaz Sarwat, shalat berjamaah sendiri hukumnya berbeda-beda. 

Mazhab Hanbali memang mewajibkan shalat berjamaah. Namun, Mazhab Syafi'i menyebut bahwa hukum shalat berjamaah adlaah fardhu kifayah dan bukan fardhu 'ain. Sementara itu, menurutnya, mazhab yang banyak dipeluk umat Islam Indonesia adalah Mazhab as-Syafi'i.

10. Memusuhi kafir 

Ustaz Sarwat mengatakan, Islam radikal tidak mengenal konsep pembagian kafir menjadi harbi dan dzimmi. Namun, mereka memandang orang kafir itu musuh agama atau harus diperangi dan halal harta atau jiwanya.

Selain itu, menurutnya, mereka mudah terbakar perihal urusan beda agama dan memandang ayat tentang berlaku baik dengan orang kafir dianggap mansukh atau sudah dihapus dan tidak berlaku. Sehingga, tidak jarang menimbulkan aksi kekerasan terhadap non-Muslim. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement