REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Fariq Gasim Anuz
Khuzaimah bin Bisyir seorang saudagar kaya tinggal di daerah Raqqah, Negeri Syam. Ia sangat dikenal sebagai orang yang dermawan. Hatinya lembut, selalu tersentuh untuk menolong orang yang dikenal maupun tidak dikenal. Ia tidak pernah menolak jika diminta bantuan. Seringkali ia tampil sebagai pahlawan dengan menanggung beban dan menolong mereka yang sedang dalam kesulitan.
Ia memiliki banyak sahabat, baik yang tinggal di Raqqah ataupun di luar kota. Khuzaimah terkadang ke luar kota berkunjung dan bermajelis di rumah Ikrimah Al Fayyadh, walikota Al-Jazirah (daerah antara Irak-Turki). Ikrimah Al Fayyadh juga memiliki sifat yang hampir sama dengan Khuzaimah. Kelebihan Ikrimah atau mungkin kekurangannya, ia tidak peduli dengan risiko yang diterimanya dikarenakan pertolongan dan bantuannya kepada saudaranya.
Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik (674-717 H) mengenal baik keduanya. Kedua orang tersebut sangat loyal kepada khalifah dan sering bermajelis bersamanya.
Roda kehidupan berputar, Khuzaimah mengalami kebangkrutan dalam usahanya. Sahabat-sahabatnya di Raqqah sigap membantunya. Tapi lama-kelamaan para sahabatnya bosan, merasa terbebani dengan bantuan mereka kepada Khuzaimah. Mereka kemudian meninggalkannya. Khuzaimah pantang untuk meminta-minta kepada sahabatnya. Ia memiliki utang yang banyak. Khuzaimah tidak banyak keluar rumah, ia hidup dalam kekurangan dan penderitaan.
Ikrimah, walikota Al Jazirah merasa kehilangan Khuzaimah. Sudah lama Khuzaimah tidak berkunjung menemuinya. Ia baru tahu dari jamaah majelisnya kalau Khuzaimah sekarang bangkrut dan memiliki banyak utang.
Di malam hari, Ikrimah pergi sendiri menyamar dan menutupi wajahnya dengan kain sorban. Ia mengendarai kudanya menuju rumah Khuzaimah. Perjalanan jauh yang penuh risiko seperti begal ditempuhnya tanpa kenal lelah. Ia merasa berkewajiban menolong orang yang banyak menolong orang lain.
Sesampainya di rumah Khuzaimah, ia mengetuk pintu dan langsung memberikan bungkusan yang berisikan uang kepada Khuzaimah. Ikrimah langsung melompat menaiki kudanya kembali. Khuzaimah bertanya, "Siapa anda?" Ikrimah menjawab dengan suara yang berbeda dengan suara aslinya, "Jaabir Atsaraatil Kiraam.” Lalu ia melesatkan kudanya menembus kegelapan malam.
Malam itu Khuzaimah belum bisa melihat isi dari bungkusan tersebut. Minyak untuk penerangan pun habis tidak dipunyainya. Keesokan harinya ia membuka bungkusan tersebut didampingi istrinya. Ternyata isinya uang sebanyak empat ribu dinar! Setiap seribu dinar sama dengan 4,25 kg emas. Jadi total semuanya sama dengan 17 kg emas. Mereka berdua sujud syukur kepada Allah. Kemudian Khuzaimah segera melunasi semua utangnya. Masih tersisa cukup banyak untuk kebutuhan sehari-hari dan untuk modal bisnis.
Ikrimah pulang ke rumah hampir menjelang subuh. Istrinya gelisah dan belum bisa tidur karena menunggu suaminya pulang. Jantungnya berdebar-debar akibat cemburu buta. Ia langsung menegur suaminya. Si istri curiga kalau-kalau Ikrimah memiliki istri lagi. Tidak pernah Ikrimah pergi sendiri tanpa ditemani ajudannya. Istri Ikrimah ngomel dan marah-marah kepada Ikrimah.
Ikrimah bersumpah bahwa ia tidak menikah lagi. Ia sebenarnya ingin menyembunyikan amal kebaikannya. Terpaksa untuk menenangkan istrinya, Ikrimah menceritakan apa yang dilakukannya kepada Khuzaimah.
Khuzaimah bertanya tanya dalam hati, siapakah orang yang menolongnya. Ia mengira kemungkinan Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik telah mengutus orang untuk mengirim uang kepadanya. Ia bersegera menyiapkan bekal dan mengendarai kudanya menuju Damaskus untuk menemui khalifah.
Khalifah senang sekali dengan kunjungan Khuzaimah. Khalifah menegurnya mengapa ia sudah lama tidak menemuinya. Khuzaimah menceritakan musibah yang menimpanya dan ia malu untuk mendatangi sahabat-sahabatnya termasuk khalifah.
Khuzaimah juga menceritakan kejadian aneh yang dialaminya. Khalifah Sulaiman kagum kepada Jaabir Atsaraatil Kiraam. Khalifah penasaran siapa orang yang berjiwa ksatria tersebut. Khalifah berjanji akan memberi hadiah kepada Jaabir Atsaraatil Kiraam jika saja diketahui siapa sejatinya orang tersebut. Khalifah lalu memberi hadiah kepada Khuzaimah berupa uang dan cendera mata. Khalifah juga mengangkat Khuzaimah untuk menjadi walikota Al Jazirah menggantikan Ikrimah Al Fayyadh.
Khuzaimah mendapati Ikrimah Al Fayyadh memiliki utang kepada negara. Khuzaimah menagih, tapi Ikrimah belum bisa melunasi utangnya sekarang. Dia akan melunasinya jika ada kelapangan rezeki. Khuzaimah tidak terima dengan jawaban Ikrimah, ia memenjarakan Ikrimah.
Rupanya Ikrimah meminjam uang negara bukan untuk pribadinya. Ikrimah menggunakan uang pinjaman untuk menolong orang-orang yang kesusahan. Ikrimah salah, tapi tidak seharusnya ia dipenjara.
Ikrimah atau orang orang seperti Ikrimah harus mempertimbangkan dampak buruk yang mungkin timbul di kemudian hari. Janganlah menjadi seperti lilin, menerangi orang lain tapi membakar dirinya.
Ikrimah dengan tegar dan tabah menjalani hukuman dalam penjara. Istri dan keluarganya ikut menderita karena harus berpisah sementara dengan orang yang sangat mereka cintai. Istri Ikrimah mengirim utusan untuk menemui Khuzaimah.
Ketika utusan istri Ikrimah bertemu muka dengan Khuzaimah, ia berkata, "Apakah ini balasan kepada Jaabir Atsaraatil Kiraam?" Khuzaimah kaget, ia mengakui bersalah dan melepas Ikrimah. Khuzaimah menjamu Ikrimah dan mengajaknya berkunjung menemui khalifah yang sedang berkunjung ke kota Romlah, Palestina.
Khuzaimah memberitahu Khalifah bahwa Jaabir Atsaraatil Kiraam adalah Ikrimah Al Fayyadh. Khalifah memberinya uang sebesar sepuluh ribu dinar dan hadiah lainnya.
Khalifah juga mengangkat Ikrimah menjadi gubernur yang meliputi daerah Al Jazirah, Armenia dan Azerbaijan. Khalifah mengatakan bahwa Khuzaimah menjadi bawahan Ikrimah. Jika Ikrimah menghendaki boleh untuk mencopotnya dan menggantikannya dengan orang lain. Ikrimah menjawab kepada Khalifah bahwa ia tetap mempertahankan Khuzaimah menjadi walikota Al Jazirah.
Keduanya tetap menjadi pejabat di masa pemerintahan Sulaiman bin Abdul Malik sampai khalifah wafat.