Kamis 14 Nov 2019 17:06 WIB

Gaet Qatar, Universitas Jerman Kaji Wanita Menurut Islam

Universitas Islam mengkaji gender dan diskriminasi wanita.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi Muslimah
Foto: EPA/Mast Irham
Ilustrasi Muslimah

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA – Universitas Georgetown di Qatar (GU-Q) Universitas Tubingen di Jerman baru-baru ini melakukan pertukaran akademik, yang berfokus pada penelitian tentang wanita dalam Islam. 

Selama dua hari pelatihan, sekelompok peneliti utama dan mahasiswa pascasarjana dari Pusat Teologi Islam Universitas Jerman (ZITH) datang ke GU-Q untuk menghadiri kuliah. 

Baca Juga

Mereka juga mengambil bagian dalam pertemuan strategis dengan mitra-mitra lokal sebagai bagian dari proyek penelitian yang baru diluncurkan antara kedua universitas. 

Proyek penelitian tersebut mengusung tema 'Mengeksplorasi Feminin dalam Islam'. Proyek ini adalah inisiatif multi-tahun yang didanai hibah dari Layanan Pertukaran Akademik Jerman dan dipelopori Asosiasi Profesor Teologi di GU-Q, Sohaira Siddiqui.

Proyek tersebut bertujuan membangun jaringan internasional dari para cendekiawan perempuan, teolog, dan praktisi, untuk membahas bagaimana gender, hukum Islam, dan teologi diajarkan di ruang kelas universitas dan dipelajari sebagai topik penelitian.

"Studi gender dalam Islam didominasi oleh pendekatan dari kacamata antropologis, sosiologis, dan historis," kata Siddiqui, dilansir di Gulf Times, Kamis (14/11).

Dia menambahkan, bahwa berbagai pendekatan tersebut merupakan metode penting untuk mempelajari gender. Namun demikian, melalui proyek ini ia berharap dapat mengupas lapisan pemahaman mereka untuk mengungkap asumsi hukum dan teologis yang mendukung manifestasi sosial dari masalah gender saat ini. 

Dengan melakukan itu, menurutnya, mereka dapat lebih memahami peran teologi dan hukum Islam, yang dapat memainkan dan mengatasi beberapa tantangan yang dihadapi wanita saat ini. 

Dalam jangka panjang, dia menyebut tujuannya termasuk membuat materi yang tersedia secara daring. Hal itu untuk membantu desain silabus, sehingga lebih inklusif dalam masalah gender.

"Inklusif berarti perspektif yang berbeda, lokasi geografis yang berbeda, dan menyoroti suara para praktisi, bukan hanya akademisi," tambahnya.

Siddiqui mengatakan, konteks sangat penting dalam mempelajari gender. Karena itu, pihaknya ingin delegasi yang berkunjung dari Jerman itu memahami bagaimana agama, masyarakat, dan budaya dalam konteks Qatar berhubungan dengan pertanyaan yang lebih besar yang mereka tanyakan.

Langkah selanjutnya dalam proyek ini adalah lokakarya yang digelar pada Desember mendatang. Lokakarya itu diselenggarakan oleh rekan-rekan Jerman. Acara itu mencakup partisipasi dari lulusan GU-Q yang saat ini sedang mengejar gelar Master di American University di Kairo. 

Dia mengatakan, para peneliti dan praktisi akan datang dari setidaknya empat benua dan mewakili berbagai perspektif. "Ada upaya bersama untuk memastikan bahwa mayoritas suara di lokakarya itu adalah wanita Muslim dari dunia Muslim yang melayani berbagai komunitas," ujarnya.

Selama kunjungan dari Universitas Jerman tersebut, para delegasi ZITH menghadiri kuliah tentang 'Singlehood dalam Keluarga Arab' yang disampaikan profesor sejarah GU-Q, Amira Sonbol. Mereka juga mengikuti presentasi tentang 'Qatar dan Teluk' yang dibawakan oleh Profesor bidang Pemerintahan GU-Q, Dr Rory Miller.

Selain itu, mereka juga mengambil bagian dalam diskusi dengan Dr Amal al-Maliki, pendiri dekan Fakultas Ilmu Humaniora dan Sosial di HBKU. Sebelumnya, enam siswa dan alumni GU-Q terbang ke Jerman sebagai bagian dari program pertukaran. Layanan Pertukaran Akademik Jerman atau DAAD (Jerman: Deutscher Akademischer Austauschdienst) adalah organisasi pendukung Jerman terbesar di bidang kerjasama akademik internasional.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement