Sabtu 09 Nov 2019 18:19 WIB

Ponpes Tahfiz Quran Misbahunnur Wisuda Para Hafiz Quran

Di pesantren ini ada madrasah menerapkan takhossus.

Rep: M Fauzi Ridwan/ Red: Agung Sasongko
Upacara peringatan HUT Kemerdekaan ke-74 di Pondok Tahfiz Quran Misbahunnur, Kota Cimahi, Sabtu (17/8).
Foto: Republika/M Fauzi Ridwan
Upacara peringatan HUT Kemerdekaan ke-74 di Pondok Tahfiz Quran Misbahunnur, Kota Cimahi, Sabtu (17/8).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG- Pondok Pesantren Tahfiz Quran Misbahunnur di Kota Cimahi mengelar wisuda 163 hafiz yang ke 8 dan khitanan massal di area lingkungan pondok, Sabtu (9/11). Dua kegiatan yang dilaksanakan adalah bagian dari upaya memperingati Maulid Nabi atau kelahiran Rasullulah.

"Wisuda yang ke 8 dan khitanan masal ke 17 kenapa dilaksanakan hari ini karena kita ingin taqdim pada waktu kelahiran rasullulah," ujar Pimpinan Ponpes Misbahunnur KH Badrus Sallam, Sabtu (9/11). 

Menurutnya, tiap tahun jumlah santri hafiz yang diwisuda terus bertambah. Sejak wisuda ke 1 hingga ke 8, pondok pesantren katanya telah mencapai 630 hafiz. Mereka ia mengatakan telah menyelesaikan hafalan dari 5 juz, 10 juz, 15 juz, 25 juz dan 30 juz.

"Di pesantren ini ada madrasah menerapkan takhossus. Artinya mereka yang ikut khusus kegiatan tahfiz Quran dikurangi belajar madrasah. Lebih banyak belajar hafalan. Ditargetkan setengah halaman perhari," katanya.

Ia mengungkapkan agar bisa menjadi hafiz 30 juz maka membutuhkan waktu 4 sampai 5 tahun. Menurutnya, para wisudawan banyak melanjutkan studi ke Yaman, Turki dan lainnya termasuk universitas dalam negeri. 

Katanya, wisudawan yang mendapat hafalan 30 juz akan diberi hadiah umroh sebagai bentuk apresiasi dan motivasi agar tidak berleha-leha dan lalai dalam menghafal Alquran.

Selama di pondok pesantren pun, KH Badrus Sallam mengungkapkan santri dilarang membawa telepon genggam. Kebijakan tersebut dilakukan agar santri tidak terganggu dan fokus menghafal Alquran.

"Anak tidak boleh bawa HP. Kalau bawa HP akan diambil dan tidak dikembalikan. Soalnya pegang hp akan lupa pada program utama. Ada (juga) orangtua tidak mendukung program kita (memberi anak HP), hpnya disita," katanya.

Ia melihat salah satu kendala santri dalam menghafal Alquran adalah kurang bersabar dan bersyukur. Menurutnya, ketika santri mengalami kesulitan saat menghafal seharusnya mereka berlama-lama dengan ayat tersebut.

"Semakin banyak pahala yang didapat, jangan dianggap sebagai beban," ungkapnya. 

Dua orang wisudawan yang berhasil menyelesaikan hafalan Alquran sebanyak 30 juz adalah Azmi Abdulmuis Aminullah (17) berasal dari Batujajar, Kabupaten Bandung Barat dan wisudawati yang hafal 20 juz adalah Farida Fauziah (16) asal Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement