Kamis 07 Nov 2019 08:18 WIB

Dinasti Mughal dan Era Kejayaan Islam di India

Mughal menjadi negara adikuasa dan kerajaan besar di dunia.

Kemegahan dan keindahan Benteng Agra peninggalan Kerajaan Mughal di Agra, India, selalu menjadi daya tarik pelancong untuk mengenal lebih jauh benteng yang dibangun awal abad ke-15 Masehi ini. Benteng Agra terletak 2,5 kilometer dari Taj Mahal, situs waris
Foto: Antara
Kemegahan dan keindahan Benteng Agra peninggalan Kerajaan Mughal di Agra, India, selalu menjadi daya tarik pelancong untuk mengenal lebih jauh benteng yang dibangun awal abad ke-15 Masehi ini. Benteng Agra terletak 2,5 kilometer dari Taj Mahal, situs waris

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peradaban Islam di India sempat menorehkan tinta emas kejayaannya. Salah satunya, ketika Kerajaan Mughal berdiri dan tumbuh dengan pesat. Pada era tersebut, Mughal menjadi negara adikuasa dan tercatat sebagai salah satu kerajaan terbesar di dunia.

Selama masa kejayaannya, Kerajaan Mughal menguasai wilayah yang amat luas, meliputi Kabul, Lahore, Multan, Delhi, Agra, Oud, Allahabad, Ajmer, Gujarat, Melwa, Bihar, Bengal, Khandes, Berar, Kasmir, Bajipur, Galkanda, Tahore, dan Trichinopoli. Dalam bidang ekonomi, Mogul telah mengekspor kain ke Eropa.

Baca Juga

Kerajaan ini juga merupakan produsen rempah-rempah, gula, garam, wol, parfum, dan aneka produk lainnya. Di bidang pendidikan dan pengetahuan, Mogul juga mencapai prestasi yang gemilang. Bangunan seperti madrasah, masjid, dan perpustakaan tersebar di wilayah kekuasaan Mogul.

Pada 1641 M, perpustakaan di Agra telah memiliki koleksi buku sebanyak 24 ribu. Ilmu pengetahuan berkembang pesat. Di bidang arsitektur, Kerajaan Mogul telah memiliki bangunan yang megah, seperti Benteng Merah, Masjid Jami, Taj Mahal, istana yang megah di Delhi dan Lahore, serta makammakam yang sangat mengagumkan.

Beragam karya sastra bermunculan di India pada masa kekuasaan dinasti ini. Di era kekuasaan Raja Akbar, riwayat dan pemikirannya ditulis oleh filsuf Abul Fazl lewat kitab bertajuk A’ini Akbari dan Akbar-nama. Keduanya ditulis dalam bahasa Persia, dan kini juga telah diterjemahkan dalam Bahasa Inggris.

Raja Jahangir juga mewariskan karya sastra lewat sebuah biografi bertajuk Tzuk-i-Jahangiri. Abdul Hamid Lahori, seorang sejarawan di zaman pemerintahan Shah Jahan, menulis riwayat hidup Shah Jahan dalam kitab Padchah Nama.

Di era kekuasaan Sultan Akbar, Dinasti Mughal mewariskan berbagai bangunan penting, seperti bangunan masjid dan istana di Kota Agra. Pada 1636, Sultan Shah Jahan berhasil menguasai dua kerajaan penting, yakni Ahmadnagar dan Bijabur. Untuk mengenang wafat sang istri yang bernama Mumtaz-i-Mahal, Shah Jahan membangun makam Mumtaz Mahal yang berarti mutiara istana pada 1631-1648, dengan melibatkan 20 ribu pekerja.

Shah Jahan juga meninggalkan berbagai bangunan indah dan megah lainnya, seperti Masjid Jami, Istana Shah Jahanabad, Masjid Mutiara di Agra, serta Dewan di Delhi, Agra, dan Lahore, yang merupakan kekhasan bangunan dengan kreasi tinggi perpaduan arsitek Persia dan India.

Aurangzib, walaupun tidak meninggalkan bangunan sebesar masa Shah Jahan, juga membangun masjid Badshahi di Lahor dan Pearl Mosque di Delhi. Walaupun kecil, masjid tersebut bernilai arsitek tinggi dan kemewahan bangunan. Keberhasilan pembangunan Taj Mahal merupakan bukti pencapaian umat Islam dalam bidang arsitektur.

Sepeninggal Aurangzeb pada 1707 M, kerajaan ini mulai mengalami kemunduran, meskipun tetap berkuasa selama 150 tahun berikutnya. Masuknya Inggris ke India membuat Kerajaan Mughal melemah. Kerajaan Islam itu akhirnya lenyap dari muka bumi pada abad ke-19 M.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement