Senin 04 Nov 2019 04:00 WIB

Kiat Menahan Amarah dari Rasulullah SAW

Marah atau gembiranya Rasulullah SAW dapat dibedakan dari rona wajah

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Rasulullah
Foto:

Nabi menyalahkan Usamah dan ber kali-kali mengatakan, Apakah engkau membunuhnya setelah dia mengatakan la Ilaha illallah? (HR al-Bukhari)Raut wajah Nabi berubah karena marah, ketika sahabat merayu agar ia tak memotong tangan seorang wanita yang mencuri.

Alasan mereka, ia adalah wanita terpandang dari klan Bani Makhzum, salah satu suku besar Quraisy. Nabi tegaskan, Apakah layak aku memberikan pertolongan terhadap tindakan yang melanggar aturan Allah? (HR Bukhari dan Muslim).

Di lain waktu, Nabi melihat se orang lelaki memakai cincin emas. Melihat pelanggaran agama itu, Rasulullah marah. Ia lantas men cabut cincin lelaki itu dan me lemparkannya ke tanah. Salah seorang di antara kalian dengan sengaja menceburkan diri ke jilatan api dengan mengguna kannya (cincin emas) di tangannya,(HR Muslim).

Pada kejadian lain, di pasar Madinah, terjadi perselisihan antara seorang sahabat Nabi dengan pedagang Yahudi. Perselisihan itu sampai membuat si Yahudi bersumpah, Demi Dzat yang telah memilih Musa di antara manusia lainnya, ungkapan sumpah ini membuat sahabat Nabi Muhammad itu marah. Ia menampar si Ya hudi. Kamu mengatakan, `demi Dzat yang telah memilih Musa di antara manusia lainnya', sedang ada Nabi Muhammad di tengah-tengah kita? ujarnya.

Orang Yahudi tersebut tak terima dengan perlakuan sahabat Nabi. Ia pun bergegas datang mene mui Nabi Muhammad untuk me laporkan kejadian itu. Mendengar aduan itu, Nabi Muhammad marah dan mengatakan, Janganlah kalian saling mengunggulkan nabi yang satu dengan lain nya. (HR Bukhari dan Muslim)

Tidak hanya saat perintah Allah dilanggar, Nabi juga marah bila umatnya tak segera mela kukan kebaikan atau menang guhkan sesuatu yang seharusnya diutamakan. Hal itu sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari Jarir bin Abdullah yang meng isahkan, Rasulullah ber khutbah dan mendorong kami untuk bersedekah. Namun, orang-orang lamban sekali dalam melaksa nakan dorongan itu, hingga terlihat raut kemarahan di wajah Nabi.

Bila harus marah kepada seseorang, Nabi tak langsung menegur nya di depan umum. Nabi tak ingin menjatuhkan harga diri orang yang bersalah itu. Oleh karenanya, ketika ia melihat seseorang mengarahkan padangannya ke atas dalam shalat?dan hal itu dilarang, Nabi menegur perbuatan itu dengan bahasa yang umum.

Nabi tidak menyebutkan nama orang yang melakukan hal itu, untuk menjaga perasaannya. Namun, Nabi berkhutbah di depan para sahabat, kemudian menyampaikan, Apa yang menyebabkan se golongan orang mengangkat pandangannya ke langit dalam shalatnya? (HR Bukhari).

Pertanyaan Nabi ini dalam retorika Arab disebut dengan istifham inkari, (bentuk pertanyaan untuk mengungkapkan pengingkaran terhadap sesuatu). Dalam teguran ini, Nabi tak menyebut nama orang yang berbuat salah di depan umum.

Saat marah, Nabi juga tak `ber main tangan' atau menyakiti fisik. Dalam kesaksian sang istri tercinta Aisyah, Nabi tak pernah sekalipun memukul wanita atau pembantu. Bahkan, ia tak pernah memukul apa pun, kecuali jika sedang berjihad. (HR Muslim).

Aisyah menambahkan, Nabi tak pernah membalas dendam pada hal yang ditujukan pada dirinya, kecuali bila kehormatan Allah yang dilanggar. Rasulullah memang tak pernah marah saat dirinya dilecehkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement