Sabtu 02 Nov 2019 04:33 WIB

Ta'wil Imam Bukhari Soal Tangan Tuhan dan Tangan Nabi

Ta'wil Imam Bukhari Soal Tangan Tuhan dan Tangan Nabi

Pembahasan mengenai ta'wil kekuasaan tuhan dalam kajian shahih bukhari.
Foto: Menachem Ali
Pembahasan mengenai ta

Menurut para ulama Salaf, "tangan" Nabi dimaknai dengan kekuatan, sedangkan "penglihatan" Nabi dimaknai dengan keluasan ilmu atau pun wawasan. Dengan menggunakan metode takwil, maka ayat tersebut menjelaskan bahwa ketiga Nabi itu mempunyai kelebihan dalam hal kekuatan dan keluasan ilmu dibandingkan manusia lainnya.

Jadi, "tangan" dialihkan maknanya menjadi "kekuatan", dan "penglihatan" dialihkan maknanya menjadi "keluasan ilmu." Bila kita memahami "penglihatan" dan "tangan" tersebut secara literal (harfiah), maka apa spesialnya tangan dan penglihatan para Nabi itu secara fisik? Itulah sebabnya, dalam konteks ayat ini, "tangan" dan "penglihatan" ketiga Nabi tersebut tidak dipahami secara fisik, tetapi dipahami sesuai konteks.

Bila kita memahami metode takwil secara benar dengan cara merujuk pendapat para ulama Salaf, maka kita juga bisa memahami ayat-ayat suci yang melintas batas teks agama-agama.

Imam Ahmad bin Hanbal (w. 241 H) adalah guru Imam Bukhari (w. 256 H). Imam Ahmad bin Hanbal (w. 241 H) salah seorang generasi Salaf yang hidup sezaman dengan Imam Bukhari (w. 256 H) ternyata juga mentakwil ayat Qs. al-Fajr 89:22 yang berbunyi demikian:

وجاء ربك

"Maka datanglah Tuhanmu" (Qs. Al-Fajr 89:22). Istilah جاء (ja'a) dalam ayat ini tidak dipahami dalam pengertian "datang" secara fisik sebab TUHAN itu "tan kena kinaya ngapa." Demi menghindari pemahaman "tajsim" tersebut maka Imam Ahmad bin Hanbal mengalihkan maknanya dengan frase انه جاء ثوابه (annahu ja'a tsawabuhu), yang artinya: "Sesungguhnya Dia datang dengan pahala-Nya." Pernyataan Imam Ahmad ini dikutip oleh Imam Ibn Katsir, dan beliau mengutip pernyataan Imam Ahmad bin Hanbal dgn kata-kata yang sangat jelas, ان احمد ابن حنبل تاول ("Sesungguhnya Ahmad bin Hanbal mentakwil"). Hal ini menurut Imam Al-Baihaqi (w. 458 H) sanad-nya valid, tidak ada cacatnya.

Qs. Shad 38:45 menyebutkan nama يعقوب (Ya'kub) sebagai salah satu Nabi yang memiliki "tangan" dan "penglihatan", yang tentu saja hal itu tidak bisa dipahami secara literal. Fakta ini juga senada sebagaimana penggambaran Torah atas keistimewaan Yakub. Dalam kitab Torah, khususnya Sefer Bereshit 31:3 juga disebutkan sebuah pesan bahwa TUHAN akan menyertai Yakub. Teks Ibraninya menyatakan demikian :

ויאמר יהוה אל יעקב שוב אל אל-ארץ אבותיך ולמולדתך ואהיה עמך

"Way-yomer ADONAI el Ya'akov shuv el eretz avoteycha u-lemoladettecha we Ehyeh 'immecha."

Terjemahan literal ayat tersebut adalah: "Dan TUHAN berfirman kepada Yakub: "kembalilah ke tanah leluhurmu dan tanah kelahiranmu dan Aku akan menyertaimu."

Para rabbi tidak pernah memahami ayat ini secara "tajsim", sebab TUHAN tidak mungkin secara fisik akan menyertai Yakub. Rabbi Onqelos, penulis Targum Onqelos yang menyusun kitab Targum-nya dalam bahasa Aram pada abad ke-2 M., ternyata di dalamnya dijelaskan bahwa TUHAN tidak menyertai Yakub secara "tajsim", tetapi firman-Nya yang akan menyertai Yakub. Sefer Bereshit 31:3 tertulis demikian.

ואמר יי ליעקב תוב לארעא דאבהתך ולילדותך ויהי מימרי בסעדך

"Wa amar ADONAI le Ya'kov tuv le ar'a d'avahatach u-le yalladuttach wi yhey Meimriy besa'eddach."

("TUHAN berfirman kepada Yakub: "Kembalilah ke tanah leluhurmu dan ke tanah kelahiranmu, dan firman-Ku akan senantiasa menyertaimu").

Ma'ruf Khozin, Abdul Wahab Ahmad, Alvian Iqbal Zahasfan, Acep S Effendy, Eko Etika Noor, יצחק חסיד בן אברהם, Bagus Hariyono

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement