REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Badan Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta Kementerian Agama (BLAJ) akan mengusulkan lima wilayah di Sumatra untuk dijadikan model desa kerukunan kepada Menteri Agama, Fachrul Razi.
Hal ini disampaikan Ketua tim peneliti bidang kehidupan keagamaan BLAJ, Ismail Zubir dalam acara seminar hasil penelitian “Toleransi dan Kerjasama Umat Beragama di Sumatera”.
“Kami akan mengusukan lima daerah yang sudah diteliti ini kepada Menteri Agama untuk menjadi desa model kerukunan umat beragama,” ujar Ismail saat ditemui Republika.co.id usai seminar hasil penelitian di Bogor, Jumat, (1/11).
Lima wilayah Sumatra yang masuk dalam penelitian ini, yaitu kerukunan umat beragama di Tungkal Ilir, Tanjung Jabung Barat. Kedua, kerukunan di Sipirok, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara. Ketiga, toleransi dan kerjasama umat beragama di Desa Rawa Selapan, Kecamatan Candipuro, Lampung Selatan.
Keempat, toleransi dan kerjasama umat beragama di Desa Lubuk Seberuk, Kecamatan Lempuing Jaya, Sumatra Selatan. Kelima, toleransi dan kerjasama antarumat beragama di Gampong Mulia, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh.
Dia menjelaskan, penelitian ini berawal dari keresahan Balitbang Kemenag terhadap isu-isu toleran dan inteleran saat ini. Karena, menurut dia, kebanyakan yang terekspos itu justru kasu-kasus yang intoleran. Karena itu, menurut dia, dengan melakukan penelitian ini, pihaknya ingin mengkonter isu-isu intoleran tersebut.
“Kita di Litbang ingin mengkonter isu-isu intoleran itu dengan memunculkan wilayah-wilayah yang damai sebagai bukti bahwa Indonesia itu isunya tidak hanya intoleran saja, tapi daerah-daerah yang damai juga banyak di Indonesia,” ucap Ismail.
Sementara itu, peneliti yang melakukan penelitian di Tungkal Ilir, M Agus Noorbani menjelaskan, penduduk di wilayah Tungkal Ilir sangat taat dalam mengamalkan agamanya masing-masing, sehingga mereka bisa hidup toleran dan rukun.
Karena itu, menurut dia, Tungkal Ilir layak menjadi model desa kerukunan di Indonesia. “Jadi, dari yang saya dapat di lokasi penelitian, orang-orang di wilayah ini mereka orang yang beragamanya tinggi. Jadi, kekuatan iman mereka itulah yang membuat mereka hidup toleran,” jelasnya.