REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Menteri Agama Fachrul Razi menyampaikan khutbah Jumat di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Jumat (1/11). Tema khutbah yang disampaikan Fachrul Razi adalah tentang merajut persatuan dan kesatuan.
Mengenakan jubah luar terbuka warna hitam kecokelatan, senada dengan pecinya, Menag datang bersama rombongan protokoler pukul 11.30 WIB. Menag langsung shalat sunah dua rakaat satu kali salam. Selang lima menit kemudian Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Suharso Manoarfa datang dan langsung mengambil posisi di samping Fachrul Razi. Keduanya pun saling menyapa.
Setelah waktu shalat Jumat tiba, Menag langsung menuju mimbar dan mengucapkan salam sebagai pananda azan pertama Jumat dikumandangkan. Selesai azan, Menag membaca rukun pertama yang wajib dibacakan khatib Jumat, yaitu hamdallah, shalawat, dan wasiat takwa menggunakan bahasa Arab.
"Alhamdulillah segala puji kita panjatkan kehadiran Allah SWT atas begitu banyak nikmat yang kita dapatkan dalam hidup ini termasuk kesehatan sehingga pada siang ini kita dapat berkumpul berjamaah di masjid yang mulia ini untuk melaksanakan shalat Jumat," kata Fachrul setelah selesai menyampaikan wasiat takwa.
Dari mimbar yang mulia itu, Facrul sebagai khotib mengajak semua jamaah untuk meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT. Karena kata dia, dengan meningkatnya iman dan takwa, akan lebih memudahkan kita semua untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Menurut dia, dengan meningkatnya iman dan takwa, insya Allah kita semua tidak termasuk kepada kelompok orang yang yang merugi, sesuai yang disampaikan Allah dalam surah al-Ashr ayat 1.
"Sesungguhnya manusia dalam keadaan rugi kecuali yang beriman dan melakukan amal saleh serta saling menasihati," katanya.
Setelah selesai menyampaikan surah al-Ashr dengan menggunakan bahasa Arab dan artinya, dalam khutbahnya, Menag juga menyampaikan surah al-Khujurat ayat 13, lengkap dengan bahasa Arab dan terjemaahnya. "Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah maha Mengetahui lagi maha mengenal."
"Saya ulangi agar kamu saling mengenal," katanya.
Fachrul mengatakan, sesungguhnya mudah bagi Allah menciptakan manusia itu dalam umat yang satu, seperti yang tercantum dalam surah Hud ayat 118 yang artinya, "Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat,"
"Pertanyaanya adalah mengapa Tuhan menciptakan bangsa ini manusianya berbeda-beda," katanya.
Jawabannya, kata Fachrul, seperti yang disampaikan dalam surah Hud ayat 118, adalah supaya saling mengenal satu sama lain yang tujuannya lebih luas lagi agar bisa belajar lebih baik antara satu dengan yang lainnya.
"Namun, pada saat situasi yang berbeda-beda itu justru Allah kemudian mengatakan kita mesti bersatu jangan bercerai berai seperti yang disampaikan surah Ali Imran 103 yang artinya dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai berai," katanya.
Fachrul mengatkan, ada nilai ibadah ketika berbeda-beda. Namun, kita sebagai umat manusia mampu menjaga persatuan dan kesatuan antarumat. Karena, kata dia, dengan persatuan tersebut, antara umat yang satu dengan yang lainnya bisa dapat saling belajar.
"Di sini letaknya pelajaran-pelajaran toleransi, di sini letaknya kemudian pelajaran-pelajaran tentang kasih sayang, rahmat, dan hubungan silaturahim antara satu dengan yang lainnya," katanya.
Menurut dia, Allah telah banyak membantu agar umat manusia tetap bersatu. Salah satunya dengan menurunkan Nabi Muhammad SAW untuk dijadikan contoh teladan kepada umat manusia dan sekaligus membawa agama Islam yang rahmatan lil alamin.
Islam juga, kata dia, memberikan pelajaran kepada para pemimpin bagaimana bersikap adil. Dia menyebut, kalau pemimpin tidak adil, tentu rakyatnya tidak bahagia yang berdampak pada sulitnya diajak bersatu.
Oleh sebab itu, kata Facrul, Allah memberikan petunjuk melalui surah an-Nisa ayat 58 yang intinya apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya menetapkannya dengan adil. Dan ayat ini harus menjadi perhatian oleh semua para pemimpin.
"Pesan Allah terhadap pemipin adalah bila diberi amanah maka kau hendaknya berlaku adil. Jika kau menetapkan hukum di antara manusia kau harus menetapkan hukum dengan seadil-adilnya. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat," katanya mengutip terjemaahan surah an-Nisa ayat 58.
Menurutnya, sering kali orang melakukan kejahatan atau kemaksiatan di ruangan sempit dan tertutup, yang mungkin diharapkannya KPK dan aparat penegak hukum yang lain tidak. "Namun, Allah katakan, sesungguhnya Aku Maha mendengar dan maha melihat di manapun kau melakukan perbuatan melanggar hukum aku akan tahu," katanya.
Fachrul mengatakan, sebagian pejabat atau di antara kita berbuat dzalim yang tidak langsumg mendapat balasan dari Allah. Dan pada saat itulah kita yang melakukannya merasa senang.
"Dan berharap mudah-mudahan Allah lupa," katanya.
Akan tetapi, kata dia, Allah ingatkan di dalam surah Ibrahim ayat 42-43 yang artinya dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak.
Pada khutbah yang kedua, Menag Fachrul menyampaikan terima kasih kepada para guru, ustaz, dan ustazah yang selalu menyebarkan Islam ke berbagai pelosok Indonesia dengan selalu menampilkan pajak ajakan-ajakan yang baik dan penuh toleransi.
"Kita juga berterima kasih kepada organisasi Islam, seperti NU, Muhammadiyah, dan lain sebagainya yang membina kader-kader bangsa, kader-kader umat, dan mengajak mereka untuk mengembangkan Islam yang rahmatan lil alamin, Islam yang rahmat bagi alam," katanya.
Pada kesempatan itu, Fachrul juga mengingatkan agar kita semua selalu mengedepankan toleransi. Karena toleransi itu tidak sedikit pun akan mengurangi iman dan takwa kita semua kepada Allah SWT yang yang dijelaskan surah al-Kafirun ayat 2-6.
"Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku."
"Ayat ini sangat tegas toleransi tidak mengganggu iman dan takwa kita kepada Allah SWT," katanya.
Setelah selesai menyampaikan khutbah, Fachrul menutupnya dengan shalawat, doa ampunan untuk kaum muslimin dan muslimat serta doa kepada kedua orang tua menggunakan bahasa Arab dan Indonesia.
"Ya Rabanna Ya Allah, bimbinglah kami sehingga kami dapat menjaga diri, dan menjadi manusia-manusia yang mengenal perbedaan itu. Ya Allah bimbinglah kami agar kami selalu menjauhi semua larangan-larangan mu dan mendekati semua petunjuk-petunjuk-Mu"
"Rabbana atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hasanah waqina adzabannar washallallahu ala sayyidina Muhammadin wa'ala alihi wasohbihi ajmain subhanaka robbika robbil izzati amma yasifun wasalamun alal mursalin walhamdulillahi rabbil alamin."