Selasa 29 Oct 2019 12:30 WIB

Perkataan Iblis yang Menular

Kesombongan iblis rupanya adalah sebuah penyakit yang menular.

Iblis diciptakan Allah dari nyala api.
Foto: Poxteer.com/ca
Iblis diciptakan Allah dari nyala api.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — “Ana khairun minhu”, saya lebih baik dari dia. Itulah kalimat iblis ketika Tuhan menanyakan alasan ia tidak mau melaksanakan perintah, sujud kepada Adam. Iblis menambahkan, “Khalaqtani min nar wa khalaqtahu min tin”, Engkau menciptakan aku dari api dan menciptakan dia (hanya) dari tanah (QS al-A’raf 12). Itulah kesombongan iblis, merasa diri lebih mulia karena asal kejadian. 

Kesombongan iblis rupanya sebuah penyakit yang juga bisa menular kepada manusia. Bahkan, iblis secara aktif menularkannya kepada anak cucu Adam. Pernyataan dan sikap ana khairun minhu sekarang bahkan lebih banyak digunakan oleh manusia. 

Jika iblis merasa diri lebih baik karena asal penciptaannya, manusia juga tertular kesombongan karena keturunan seperti itu. Itu sebabnya Nabi Muhammad SAW mengingatkan kita dengan sabda beliau, “Semua kalian berasal dari Adam dan Adam (diciptakan) dari tanah. Tidak ada kelebihan orang Arab dari yang bukan Arab, kecuali karena takwa.” 

Sabda Nabi tersebut hendak menyadarkan kita agar tidak menjadi angkuh karena keturunan. Kemuliaan hanya bisa dicapai dengan takwa. “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa.” (QS al-Hujurat: 13). 

Lebih mencengangkan lagi, ternyata manusia mengembangkan prinsip ana khairun minhu hampir dalam semua lapangan kehidupan. Dengan prinsip itu, manusia kemudian saling bersaing tidak sehat, saling membenci, saling bermusuhan, saling menjatuhkan, bahkan ada yang sampai saling membunuh. 

Ketika manusia memperebutkan sebuah jabatan, misalnya, masing-masing lalu menggunakan jurus ana khairun minhu itu. Berbagai teknik digunakan untuk memengaruhi opini orang bahwa dialah yang lebih baik. Oleh karena itu, dia lebih layak untuk dipilih. Baliho, spanduk, brosur, stiker, iklan, dan berbagai macam teknik komunikasi massa digunakan untuk menyatakan ana khairun minhu, saya lebih baik dari dia. 

Sebenarnya, untuk meraih prestasi, manusia boleh saja, bahkan dianjurkan untuk menjadi yang terbaik, menjadi the best. Manusia harus menunjukkan prestasi terbaik atau produk kerja terbaik. Tapi, ber usaha menjadi yang terbaik tidak sama dengan merasa yang paling baik. Yang pertama adalah sebuah upaya positif, yang kedua adalah sebuah kesombongan. 

Lebih berbahaya lagi ketika kesombongan ana khairun min huitu digunakan oleh seorang penguasa. Ia tidak akan suka dikritik. Ia selalu ingin di puja-puja. Ia memfasilitasi hidupnya dengan berbagai kemewahan. Ia tidak mau melihat ada orang lain yang lebih unggul yang bisa menggantikan kedudukannya. Ia lalu mengguna kan berbagai cara dan muslihat mempertahankan kedudukannya. 

Demikian sedikit gambaran betapa kesombongan iblis telah merasuki manusia sehingga menggerus nilai-nilai kemanusiaan. 

Dampak negatifnya bisa semakin meluas dan merusak jika tidak segera disadari. Karena itu, kita harus sadar dan menyelamatkan diri dari proses dehumanisasi akibat penyakit iblis tersebut. Wallahu a’lam.

sumber : Hikmah Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement