Selasa 29 Oct 2019 06:42 WIB

Para Pembawa Risalah Pembaharuan

Para Pembawa Risalah Pembaharuan

Muhammad Rasid Rida
Foto: Wikipedia
Muhammad Rasid Rida

Oleh: Uttiek M Panjiastuti, Penulis dan traveller

Para pahlawan besar itu menciptakan kisahnya sendiri? Atau diciptakan oleh peristiwa besar yang mereka lalui?

Dalam setiap perputaran roda zaman, selalu muncul para pahlawan. Mereka adalah pembawa risalah pembaharuan yang memecah kebuntuan.

Diawali para pembawa risalah sejati, yakni para Nabi. Mereka diutus untuk menyebarkan cahaya Hidayah pada manusia.

Lalu, generasi demi generasi terlalui. Hingga muncullah para pewaris kebenaran. Mereka ini selalu mempunyai kemiripan: Visi besar dan tak takut menentang arus kejumudan yang ada di sekitarnya.

Pergantian abad ke-19 menuju 20 menandai banyak peristiwa penting di dunia. Gurita kolonialisme masih mencengkaram dunia.

Hegemoni Barat atas dunia Islam mulai memunculkan kegelisahan. Pranata yang tidak adil. Eksploitasi sumber daya alam dan ekonomi. Misi permurtadan. Hingga politik yang menekan.

Muncullah tokoh-tokoh yang menyerukan perlawanan. Intelektual muda Muslim berupaya merumuskan ulang bagaimana perjuangan yang ideal itu. Mereka menawarkan pembaruan (tajdid) dalam pemikiran Islam.

Tersebutlah nama-nama tokoh, seperti Jamaluddin al-Afgani (1838-1897) dengan gerakan Pan-Islamisme. Muhammad Abduh (1849-1905) dan muridnya Muhammad Rasjid Rida (1865-1935).

Lalu di Asia Selatan ada nama Sayyid Ahmad Khan (1817-1898) dan Muhammad Iqbal (1877-1938).

Generasi berikutnya muncul nama Hasan al-Banna (1906-1949) dari Mesir dengan gerakan Ikhwanul Muslimin dan Maulana Abu A’la al-Maududi (1903-1979) dari India dengan gerakan Jamiat al-Islam. Juga ada Baiduzzaman Said Nursi dari Turki.

Ide-ide besar para intelektual muda Muslim ini kemudian menjalar ke seluruh dunia. Titik transfernya terjadi pada saat muktamar akbar ibadah haji.

Seperti yang terjadi pada KH Ahmad Dahlan. Yang terinspirasi dari tulisan-tulisan Muhammad Rasjid Rida yang dibacanya di majalah Al Manar.

Lalu muncullah semangat berorganisasi yang ditandai dengan kemunculan Muhammadiyah, Persis, dan sebagainya.

Diakui atau tidak, tumbuhnya kesadaran kolektif bahwa yang dibutuhkan adalah persatuan untuk melawan kolonialisme adalah buah pikir para intelektual muda Muslim.

Karena penjajahan tak pernah selaras dengan prinsip Islam. Semangat ini lalu bergulir ke seluruh dunia. Terutama negeri-negeri Muslim yang masih dalam belenggu penjajahan.

Bagai cendawan di musim hujan. Terbentuklah bermacam organisasi dengan corak dan latar belakangnya.

Sejarah lalu mencatat, di negeri ini pada tanggal 28 Oktober 1928 berkumpulah bermacam organisasi itu dan mendekrerasikan satu sumpah bersama.

Kita tak bisa menafikan, ada kontribusi para intelektual muda Muslim dalam mengobarkan semangat persatuan di seluruh dunia. Hingga satu per satu, kolonialisme mulai bangkrut dan terusir dari tanah jajahannya.

Tak selayaknya semangat mereka hilang. Mari menjadi bagian dari mereka yang mempunyai mimpi besar untuk menulis ulang narasi peradaban.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement