REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Seberapa pentingkah memiliki tekad (himmah) yang kuat bagi seorang Muslim? Termasuk juga bercita-cita tinggi? Syekh Hasan bin Sa’id al-Hasaniyah dalam bukunya berjudul Al-Qamam Ya Ahl al-Himam memaparkan ada setidaknya empat alasan, mengapa seorang Muslim dituntut mempunyai tekad bulat dan cita-cita mulia.
Alasan pertama yang ia kemukakan ialah bahwasanya setiap manusia diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Hal ini sebagaimana ditegaskan ayat 56 Surah Adz dzaariyaat. Dan, beribadah itu tak cukup hanya dengan ritual biasa; selesai begitu saja dengan ditunaikannya ibadah.
Alasan kedua, hidup di dunia adalah peperangan antara semangat kebajikan dan nafsu angkara. Kedua hal itu saling berlomba untuk mendominasi satu sama lain. “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman, sedangkan mereka tidak diuji lagi?” (QS al-Ankabuut [29] : 2). Tanpa tekad kuat, sulit untuk tetap bertahan dan tampil sebagai pemenang.
Alasan ketiga, Islam adalah agama yang menekankan produktivitas dan karya nyata. Sayyid Qutub dalam kitab tafsirnya Fi Dhilal al-Qur an, mengomentari ayat ke-12 dari surah Maryam. Ia mengatakan atas izin Allah, Nabi Yahya mewarisi tong gak kepemimpinan dan estafet kenabian dari sang ayah, Zakaria. Yahya AS pun akhirnya menerima tu gas tersebut dengan segenap ama nat, kemampuan, dan komitmen tinggi. Ia bertekad tidak akan mundur dari kewajibannya itu.
Sedangkan alasan yang keempat, peradaban ‘pesaing’ Islam senantiasa menunggu generasi muda mereka lalai. Sekejap saja tidak waspada maka dengan mudahnya mereka akan mengubah pola pikir, gaya hidup, dan cara berinteraksi mereka sehari. Dengan demikian, bukan tidak mungkin posisi negara-negara Islam dalam kancah percaturan dunia akan kian terpuruk.