REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Di kawasan Qayrawan, Tunisia, terdapat sebuah bendungan besar. Bagi umat Muslim di kawasan itu, bendungan itu sungguh istimewa karena mempunyai sisi sejarah yang penting. Bendungan tersebut merupakan hasil karya seorang ilmuwan Muslim bernama Abu Ibrahim Ahmed pada abad IX.
Namun, orang-orang hanya mengetahui bendungan itu dibangun oleh bangsa Phoenisia atau Romawi. Anggapan ini dipercaya oleh para ilmuwan hingga beberapa abad sebelum akhirnya penelitian arkeologi modern berhasil membuktikan struktur bendungan tadi bercirikan Islam.
Bendungan itu sendiri terdiri atas dua kolam besar, satu digunakan untuk menyalurkan air dan satunya lagi sebagai tempat penampungan. Dan tak hanya mengagumkan dari segi jumlah, lebih dari 250 di negara ini, bendunganbendungan tersebut juga sangat menarik dari sisi bentuk dan strukturnya.
Pengelolaan air dengan segala seluk beluknya, merupakan basis dari pertanian dan juga salah satu sumber kehidupan. Dari semua kitab Al-Filahat(Kitab tentang Pertanian), apa pun negaranya;Maghribi, Andalusia, Mesir, Irak, Persia, atau Yaman, menilai penting peran pengelolaan air demi peningkatan produksi pertanian.
Oleh karena itu, para penguasa masa lalu turut memainkan peran signifikan dalam hal pengelolaan air ini. Di Irak, pengembangan teknologi hidrolik serta manajemen air menjadi tugas negara, sedangkan masyarakat lokal berkonsentrasi memelihara saluransaluran air yang ada. Sementara, di Mesir, pengelolaan air Sungai Nil merupakan aspek krusial dari semua aspek kehidupan dan bendungan adalah jawabannya.