Sabtu 26 Oct 2019 15:15 WIB

Menundukkan Pandangan

Di surat an-Nur, Allah memberikan pedoman dalam menggunakan mata.

Takwa (ilustrasi).
Foto: alifmusic.net
Takwa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Di surat an-Nur, Allah memberikan pedoman dalam menggunakan mata. Allah berfirman, Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat’.” (An-Nur [24]: 30). At-Thobari berkata, Ayat ini memerintahkan kita menahan pandangan dari hal-hal yang kita sukai, tapi diharamkan oleh Allah.”

Jika kita bisa berada di atas pedoman ini, hati kita akan senantiasa steril dari noda dan dosa. Sebaliknya, jika aturan ini tak diindahkan, kejelekan demi kejelekan akan menimpa kita. Titik hitam akan melekat pada hati kita yang tentu saja akan menghambat masuknya hidayah.

Mata adalah akses yang paling sering dilalui iblis dalam menggoda manusia. Iblis menawarkan kenikmatan sesaat kepada manusia melalui mata. Caranya, dengan memoles yang haram sehingga tampak seperti halal. Para ulama salaf berkata, Pandangan (kepada yang haram) merupakan panah beracun andalan iblis.”

Kelihaian iblis inilah yang membuat para sahabat sangat waspada. Karena itu, mereka sangat hati-hati dan selalu berusaha menjaga pandangannya. Mereka sangat takut jika pandangannya tertuju pada sesuatu yang diharamkan oleh Allah. Meski ketika itu, para wanita umumnya sangat menjaga auratnya. Jarir bin Abdillah pernah berkata kepada Rasulullah, Saya bertanya kepada Rasulullah tentang pandangan yang tidak disengaja. Ia lalu memerintahkanku agar segera memalingkan pandangan.” (HR Muslim).

Perintah Rasulullah itu tentu dengan tujuan yang mulia, yaitu agar setiap hamba bisa memanfaatkan anugerah yang sangat mahal itu pada ketaatan. Dan, yang lebih penting dari itu adalah supaya mata ini tidak menjerumuskannya pada dosa dan kemaksiatan.

Hubungan mata dan hati sangat erat. Para spesialis hati berkata, Antara hati dan mata terdapat jalan jika mata telah rusak, kerusakan itu akan merembet ke hati. Bahkan, jika tak segera diterapi, akan menjadi seperti tempat sampah yang menjadi tempat setiap kotoran yang dihasilkan oleh mata.”

Jika kondisi seperti ini menimpa hati kita, jelas akan membawa dampak yang sangat buruk. Hati yang seperti itu tak mungkin mengantarkan siempunya pada ma’rifatullah dan meraih cinta-Nya. Sebaliknya, yang akan betah mendiami hati seperti ini adalah dosa dan maksiat.

Dampak negatif lain yang akan diperoleh adalah hati akan tersibukkan hingga pada akhirnya akan menjadikannya lupa dengan maslahatnya. Yang lebih parah dari itu adalah terhalangnya hati dari hidayah Allah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement