REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Medan Prof Dr H. Mohammad Hatta berharap Menteri Agama (Menag)Fachrul Razi dapat memperbaiki birokrasi di kementerian yang dipimpinnya agar semakin lebih baik lagi.
"Jadi, dengan kehadiran mantan perwira tinggi militer itu, diharapkan dapat memperbaiki budaya kerja dan disiplin para pegawai di lingkungan Kementerian Agama (Kemenag)," ucap diadi Medan, Rabu (24/10).
Ia mengatakan, kehadiran Fachrul Razi dapat memberikan angin segar bagi kemajuan Kementerian Agama, sebab selama beberapa tahun belakanganini Kementerian Agama itu dipimpin dari kalangan partai politik (Parpol).
"Kementerian Agama harus semakin ditata, baik program kerja, mental para pegawai, pelayanan haji, pendidikan dan juga pelayanan kepada masyarakat," ujar Hatta,
Hatta menyebutkan, masuknya seorang purnawirawan militer di lingkungan Kemenag bukan hal yang baru, tetapi sudah merupakan hal biasa.
Dulu Haji Alamsyah Ratu Prawira Negara (alm) yangberpangakat Letnan jenderal purnawirawan juga pernah menduduki jabatan Menteri Agama pada Kabinet Pembangunan III (1978-1983) pada massa pemerintahan Presiden Soeharto.
Demikian pula Laksamana Muda TNI dr. Tarmizi Taher(alm) yang juga tokoh militer Indonesia pernah menjabat sebagai Menteri Agama Indonesia periode 1993–1998.
Menurut dia, Kementerian Agama yang dipimpin seorang militer maupun sipil, tidak perlu dipermasalahkan. Namun yang penting program-program di Kementerian Agama dapat berjalan sukses.
"Menteri Agama Fachrul Razi harus melakukan gebrakan baru untuk mereformasi di tubuh institusi itu, sesuai dengan tuntutan zaman era globalisasi," kata mantan Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Sumut itu.
Sebelumnya, Fachrul Razi menebak alasan penunjukannya sebagai menteri agama dalam Kabinet Indonesia Maju salah satunya adalah aktivitas ceramah dia mengenai Islam yang damai dan penuh toleransi.
"Kalau saya mencoba, apa sih (alasan) Pak Jokowi, kenapa dia pilih saya. Saya mencoba-coba tebakan. Tebakan saya begini, dia melihat Pak Fachrul ini sudah mendalami agama meski bukan kiai, juga khotbah di mana-mana, ceramah di mana-mana dan setiap ceramahnya enggak jauh tentang Islam yang damai, tentang toleransi, tentang persatuan dan kesatuan," katanya setelah dilantik menjadi menteri agama.
Pria berdarah Aceh itu pun menduga-duga bahwa ceramahnya di banyak tempat soal cara menangkal radikalisme mendapatkan perhatian khusus dari Presiden Joko Widodo