REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Harian Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Robikin Emhas menegaskan NU terus berkomitmen dengan dakwah kenabian yang sifatnya toleran sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW di Yatsrib atau Madinah.
"Islam sudah jaya di Yatsrib tidak memaksakan semua untuk sama. Agama lain bukan dihabisi tapi Nabi mengharmoniskan bukan dalam bentuk negara Islam, tapi Madinah Munawarah," kata Robikin dalam jumpa pers Pidato Kebudayaan Hari Santri Nasional di Jakarta, Selasa (22/10).
Dia mengatakan, hal itu menginspirasi NU untuk berkomitmen mendukung sebuah negara sebagaimana Indonesia meski bukan sebagai negara Islam tetapi pengamalan Islam dijamin negara. Robikin mengatakan NU sejak periode Indonesia awal berdiri juga sudah berkomitmen mendukung NKRI yang sejak awal sudah mengakomodasi Islam dan bersanding dalam kemajemukan tanpa saling meniadakan.
"Meniru Nabi mendirikan Madimah maka kemudian memastikan kesepakatan yang sudah dibangun sesuai perintah agama agar ditepati. Ada kesepakatan itu dengan Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI," kata dia.
Nabi, kata dia, juga mencontohkan Yatsrib saat itu adalah kawasan yang sangat beragam agamanya baik itu Yahudi, Nasrani, Majusi, pagan dan lainnya. Akan tetapi, Nabi Muhammad tetap mengakomodasi perbedaan itu dengan berbagai kesepakatan yang sifatnya harmonisasi di antara masyarakat.
"Tidak boleh perbedaan menjadi alat menjadikan destruksi satu sama lain. Perbedaan itu untuk saling mengenal, membangun kerja sama untuk peradaban yang hebat. Yang paling hebat di antara bangsa plural itu yang membangun hubungan harmonis untuk kemaslahatan," kata dia.