Senin 21 Oct 2019 17:46 WIB

Imam Masjid Kowloon Maafkan Insiden Water Canon

Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam meminta maaf atas peristiwa water canon.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Agung Sasongko
Demonstrasi di Hong Kong
Foto: EPA-EFE/FAZRY ISMAIL
Demonstrasi di Hong Kong

REPUBLIKA.CO.ID,HONG KONG --  Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam meminta maaf atas peristiwa penembakan meriam air ke Masjid Kowloon. Dia pun mengunjungi tempat tersebut bersama  kepala polisi Stephen Lo pada Senin (20/10).

Lam mengunjungi masjid dengan mengenakan selendang dan meminta maaf kepada umat Muslim. Kunjungan ini dilakukan sebelum dia menghadiri upacara penobatan Kaisar Naruhito di Tokyo, Jepang. 

Baca Juga

Sebuah rekaman video yang tersebar di dunia maya menunjukan truk berhenti di luar gedung selama konfrontasi dengan para demonstran, Ahad (19/10). Dalam menghadapi unjuk rasa di distrik Kowloon, polisi menggunakan gas air mata dan truk meriam air berwarna biru untuk membubarkan pengunjuk rasa pelempar bom bensin.

Meriam membasahi gerbang depan dan tangga tempat ibadah Islam paling penting di Hong Kong di mana beberapa orang telah berkumpul termasuk wartawan. Noda biru dari air yang diwarnai tetap berada di jalan di depan masjid ketika Muslim berkumpul untuk beribadah pada Senin.

Polisi mengatakan dalam sebuah pernyataan, semprotan berwarna biru tidak sengaja mengenai masjid. Tidak ada niatan untuk menargetkan rumah ibadah Umat Islam dalam proses pembubaran massa.

"Menghormati kebebasan beragama dan akan berusaha untuk melindungi semua tempat ibadah", ujar keterangan polisi, dikutip dari CNA,  Senin (21/10).

Imam Masjid Muhammad Arshad mengatakan, permintaan maaf yang dihantarkan kepada Muslim di Hong Kong diterima. Komunitas Umat Islam berharap untuk terus hidup di Hong Kong dengan damai.

"Itu hanya kesalahan. Mereka meminta maaf. Mereka melihat beberapa pengunjuk rasa berdiri di luar gerbang. Para pengunjuk rasa juga meminta maaf," kata Muslim yang sedang sholat di masjid saat itu Mohammed Assan.

Bagi Assan, polisi melakukan pekerjaan untuk mengamankan keadaan dan para pemrotes memiliki hak untuk melakukan protes. "Semua orang membutuhkan kebebasan. Mereka menuntut untuk hidup dengan kebebasan," katanya.

Masjid Kowloon pertama kali dibangun pada akhir abad ke-19 untuk melayani tentara Muslim dari India yang dikuasai Inggris. Bangunan ini pun dipugar kembali pada awal 1980-an dan tetap menjadi pusat komunitas Muslim Hong Kong berjumlah 300.000 orang

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement