REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siradj, mengatakan PBNU telah menyiapkan beberapa agenda untuk memperingati Hari Santri Nasional (HSN) 2019 yang akan digelar pada 22 Oktober mendatang.
Namun, menurut dia, yang menjadi kabar gembira dalam peringatan HSN tahun ini adalah disahkannya undang-undang (UU) Pesantren. "Yang menggembirakan lagi adalah lahirnya undang-undang pesantren. Ini jelas semua menggemberikan kita, baik PBNU, PKB, pendukung di DPR, dan Majelis Ulama Indonesia," ujar Kiai Said usai melakukan ziarah ke makam KH Hasyim Asy'ari di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Kamis (17/10).
Menurut Kiai Said, Wasekjen PBNU sekaligus Ketua MUI, Masduki Baidlowi selama ini telah banyak menggelar focuss group discussion (FGD) agar undang-undang pesantren bisa sempurna.
Walaupun, kata Kiai Said, di dalam undang-undang sempat menyebutkan Kemenag sebagai pembina pesantren. "Kata-katanya tadinya kemenag sebagai pembina pesantren. Saya bilang ke Masduki ini buang ini, kalau nggak saya tolak. Akhirnya diganti dengan mitra. Jadi kemenag sebagai mitra, bukan pembina," ucap Kiai Said.
Kiai Said mengatakan, UU Pesantren sangat independen, tidak di bawah Kemendikbud maupun Kemenag, serta tidak bisa diintervensi oleh pihak manapun. Selain itu, menurut Kiai Said, di dalam undang-undang tersebut juga disisipkan bahwa pesantren merupakan pusat peradaban Islam di Indonesia.
"Kita sisipkan juga bahwa pesantren adalah pusat peradaban dan kebudayaan agama Islam di Indonesia. Karena lahirnya peradaban dan kemajuan Islam dari pesantren, bukan dari sekolah yang formal itu," kata Kiai Said.
Sebagai informasi, menjelang peringatan HSN 2019, puluhan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melakukan ziarah ke makam para pendiri NU yang berada di Jombang, Jawa Timur, Kamis (17/10). Rombongan PBNU tersebut dipimpin langsung oleh Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siradj dan Sekjen PBNU, Helmy Faishal.
Selain berziarah ke makam Kiai Hasyim Asyari, mereka juga melakukan ziarah ke makam pendiri dan tokoh NU lainnya, seperti KH Wahab Hasbullah, KH Bisri Syansuri, dan KH Romli Tamim di Peterongan.