Rabu 16 Oct 2019 04:30 WIB

Penjelasan Ibnu Manzhur Soal Asal Kata Ka'bah

Kata Ka'bah berasal dari kata ta'kib.

Seorang jamaah haji sedang melakukan selfie atau swafoto dari lantai 2 Masjid Al Haram, Makkah, Kamis (25/7). Sementara di lantai bawah, terlihat jamaah haji sudah memadati pelataran Masjid Al Haram untuk thawaf.
Foto: Republika/Muhammad Hafil
Seorang jamaah haji sedang melakukan selfie atau swafoto dari lantai 2 Masjid Al Haram, Makkah, Kamis (25/7). Sementara di lantai bawah, terlihat jamaah haji sudah memadati pelataran Masjid Al Haram untuk thawaf.

REPUBLIKA.CO.ID, Hampir bisa dipastikan, tak ada seorang Muslim pun yang tidak mengenal Ka'bah. Sesuai bentuknya, sebagaimana dilacak Muhammad Ibn Mukarram Ibn Manzhur dalam kamus Lisan al-Arab, kata Ka'bah berakar dari ta'kib yang dalam bahasa Arab berarti tarbi' dalam terjemah bahasa Indonesia bermakna segi empat. 

Bangunan segi empat yang terletak di Bakkah atau Makkah (QS 3: 96) itulah yang dalam bulan Zulhijjah ini diziarahi ribuan bahkan jutaan umat Islam dari berbagai pelosok dunia.

Baca Juga

Sebagaimana dicatat hikayat yang didokumentasikan Alquran, bahwa Ka'bah yang berbentuk segi empat yang menjadi fokus spiritual umat Islam untuk mendulang kekayaan pengalaman religius itu, bermula dibangun Ibrahim as dan anaknya Ismail. 

''Dan ingatlah ketika Ibrahim meninggikan (membangun) dasar-dasar (pondasi) Baitullah beserta putranya Ismail (seraya berdoa), 'Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amal perbuatan kami), sesungguhnya Engkau Mahamendengar lagi Mahamengetahui'.'' (QS 2: 127).

Dalam riwayat lain, konon Ka'bah dibangun ketika Adam terusir dari surga. Adam teramat nestapa dan puncak kenestapaannya ditelantarankannya dia sehingga tidak bisa lagi melakukan laku spiritual mengikuti langkah ibadah bersama para malaikat mengitari Arsy (singgasana Tuhan). Maka, Tuhan pun menghiburnya dengan diperbolehkannya membuat Ka'bah sebagai tiruan dari Arsy. 

Adam pun lalu diperintahkan Tuhan mengelilingi Ka'bah (thawaf): sebentuk cara beribadah menirukan malaikat berputar mengelilingi Arsy. Sudah barangtentu, dalam perjalanan waktu, Ka'bah yang dibangun Ibrahim (atau Adam) itu sebelum terwariskan kepada umat Muhammad SAW mengalami pemugaran dan renovasi beberapa kali. Bahkan juga pernah terjadi penyelewengan fungsi berbanding terbalik secara diametral dengan tujuannya yang hakiki. 

Seperti dielaborasi sejarawan terkemuka Abdul Quddus al-Anshari dalam at-Tarikhul Mufashshal Li Ka'batil Musyarrafah Qablal Islam (1986), pembangunan Ka'bah kedua dan ketiga yang bersifat penyempurnaan dilakukan kaum Amlaqiah dan Bani Jurhum, dua kabilah berasal dari Yaman yang bermukim di Makkah.

Kemudian Ka'bah jatuh dalam genggaman penguasaan Bani Khuza'ah yang berkuasa dalam waktu yang amat panjang (selama 300 tahun). Pemugaran tahap keempat dilakukan kabilah Quraisy (sebelum datang Islam dan Muhammad masih belia). 

Pemugaran ini dilakuakn akibat kebakaran yang disebabkan api dalam pedupaan yang dinyalakan seorang wanita Quraisy, juga dilantarankan oleh turunnya hujan lebat dan terkaman banjir besar yang melanda Ka'bah.

Setelah Ka'bah tampak anggun, suku Quraisy 'menghiasi' dengan sejumlah 360 berhala sekaligus dijelmakannya sebagai tuhan-tuhan mereka warisan leluhurnya: tempat dan sarana di mana mereka menambatkan keberimanannya yang telah jauh bersebarangan dengan jejak risalah pendiri Ka'bah (Ibrahim dan Ismail).

 

 

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement