Sabtu 12 Oct 2019 09:31 WIB

Sanskrit dan Islam Asia Tenggara: Bumi Pertiwi Syirik?

Sanskrit dan Islam Asia Tenggara: Bumi Pertiwi Syirik?

Alquran dengan terjemahan bahasa Sangsekerta (Sanskrit)it
Foto: Menachem Ali
Alquran dengan terjemahan bahasa Sangsekerta (Sanskrit)it

Oleh: Menachem Ali
, Dosen Univeritas Airlangga

Gurukula merupakan istilah bahasa Sanskrit dalam tradisi Hindu, maknanya sepadan dengan istilah "pesantren" dalam tradisi Islam Asia Tenggara. Istilah "gurukula" merupakan gabungan dari 2 kata, "guru" (lit. "pengajar kitab suci Weda"), dan "kula" (lit. "kediaman"). Jadi istilah "gurukula" bermakna "tempat kediaman/tempat sang guru yang mengajarkan kitab suci Weda kepada para murid-muridnya"). Salah satu kitab suci agama Hindu, yakni kitab Srimad Bhagavatam Purana VII.12.1 tertulis demikian:

Sri Narada uvaca
brahmacari guru-kule vasan danto guror hitam
acaran dasavan nico gurau sudrdha-sauhrdah.

Sri Narada said: "A student should practice completely controlling his senses. He should be submissive and should have an attitude of firm friendship for the spiritual master. With a great vow, the brahmacari - student who learns the Veda - live at the gurukula - house of the spiritual master - only for the benefit of the guru", see A.C. Bhaktivedanta Srila Prabhupada, Srimad Bhagavatam Purana (Mumbai: the Bhaktivedanta Book Trust, 1999), hlm. 681

Istilah "pesantren" juga berasal dari bahasa Tamil, yakni "santri" (lit. "murid yang belajar kitab suci Weda"), sedangkan dalam bahasa Sanskrit disebut "sastri." Sementara itu, kitab suci Weda dalam bahasa Sanskrit disebut "sastra." Apakah sebagai seorang Muslim kita dilarang menggunakan istilah "guru"? Apakah sebagai seorang Muslim kita dilarang menggunakan istilah santri? Apakah sebagai seorang Muslim kita juga dilarang menggunakan istilah sastra? Apakah sebagai seorang Muslim kita juga dilarang menggunakan istilah bumi "pertiwi"? Apakah sebagai seorang Muslim kita juga dilarang menggunakan nama "Sri" karena sebagai pemujaan terhadap Dewi Sri sebagai "dewi padi"?

Bila menggunakan nama "Sri" dilarang, maka nama ibukota negara Brunai Darussalam seharusnya diganti, karena itu tanda kesyrikan menyembah Dewi Sri. Bila menggunakan nama "Sri" dilarang, maka semua gelar kehormatan "Dato' Sri" di Malaysia seharusnya dihilangkan. Begitu juga penggunaan istilah "guru" dalam lembaga pendidikan Islam seharusnya dibuang, karena sebutan "guru" asalnya mengandung makna "pengajar kitab suci Weda."

Apakah Anda sepakat membuang semua istilah Sanskrit dalam bahasa kita, termasuk istilah guru, santri, sastra, dewi, Sri, dan pertiwi?

Quran terjemahan bahasa Hindi, diterbitkan dengan menggunakan aksara "Dewa-nagari." Quran terjemahan bahasa Hindi ini diterbitkan oleh penerbit Salafi, Dar as-Salam, Saudi Arabia. Menariknya, Qs. As-Syam 91:1-2 teks terjemahan bahasa Arab dan Hindi tertulis demikian.

والشمس وضحها 
والقمر اذا تلها

qasam hai Surya ki aor us ki dhap ki
qasam hai Candra ki jab ke pice aye

Istilah والشمس (wa Al-Syams), diterjemahkan "qasam hai Surya ki", sedangkan istilah والقمر (wa Al-Qamar), diterjemahkan "qasam hai Candra ki." Dalam bahasa Sanskrit, "Surya" sepadan dengan "Syamsun", dan "Candra" sepadan dengan "Qamarun".

Apakah penerbit Salafi di Saudi Arabia mengajarkan kemusyrikan karena mengajarkan bersumpah demi Dewa Surya, sebagai dewa matahari? Apakah penerbit Salafi di Saudi Arabia mengajarkan kemusyrikan karena mengajarkan bersumpah demi Dewi Candra, yakni dewi bulan? Apakah penerbit Dar As-Salam di Saudi Arabia mengajarkan penggunaan aksara yang bernuansa kemusyrikan karena Quran terjemahan bahasa Hindi diterjemahkan dengan menggunakan aksara "Dewa-nagari"? Bahkan seharusnya semua mushaf Al-Quran yang tercetak sekarang ini seharusnya membuang semua angka Hindi yang dipakai dalam mushaf sebagai penanda ayat dan sebagai penanda halaman lembaran Quran.

Bukankah semua angka yang dipakai dalam mushaf Al-Quran itu adalah angka Hindi? Apakah Anda tahu apakah yang disebut sebagai 'adadul Hind dalam Quran? Itulah "angka Hindu." Apakah Anda sudah semakin cerdas bila menghilangkan yang bernuansa Hindu di dalam Quran? Silakan Anda menjawabnya sendiri bila Anda orang yang bernalar. Masihkah Anda mau menghilangkan istilah "pertiwi" atau pun istilah "Sri" dalam bahasa kita di Indonesia? Apakah Anda masih ingat ada orang yang bernama Abdus Syams dari kalangan Quraisy?

Apakah artinya عبد الشمس ('Abdus Syams) hanya bermakna "hamba matahari" atau bermakna "hamba Dewa Matahari"? Begitu juga bila istilah "Santri" dipersoalkan, maka "Hari Santri" diganti saja menjadi "Hari Taliban."

Kalau ada orang yang bukan ahli berbahasa Sanskrit, dan kemudian berbicara di ruang publik, pasti akan menyesatkan banyak orang dan timbullah kegaduhan. Tulisan ini saya buat sebagai jawaban bagi mereka yang mempermasalahkan penggunaan "Sri" atau "pertiwi" yang kasusnya sedang viral saat ini. Padahal kata "pertiwi" berasal dari bahasa Sanskrit, yakni "prthivi" artinya "bumi." Apakah Anda sudah memahami bahasa Sanskrit dan bahasa Indonesia secara baik dan benar?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement