REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua pekan pascagempa Ambon, para pengungsi mulai mengeluhkan sejumlah penyakit. Beberapa penyakit yang diderita di antaranya sesak napas, gatal-gatal, dan diare. Keluhan-keluhan itu diterima tim medis ACT saat melakukan pelayanan kesehatan di pengungsian Dusun Waiula, Desa Liang, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, Ahad (6/10).
Relawan Medis ACT, dokter Adriana Wiwi Padudung mengatakan sejumlah penyakit sering dialami oleh anak-anak. Selain sistem kesehatan anak-anak lebih rentan, kondisi pengungsian yang tidak layak, kotor, dan lembab turut menjadi pemicu penyakit.
"Kalau malam dingin, pengungsi hanya tidur beralaskan tikar dibawah tenda terpal," ujar dokter Wiwi dalam keterangan yang didapat Republika.co.id, Selasa (8/10).
Dokter Wiwi menuturkan antisipasi penyakit bisa dilakukan dengan pindah ke tempat yang lebih bersih. Oleh sebab itu, pengungsi korban gempa Ambon harus menjaga kebersihan tenda.
“Ini menjadi tantangan tersendiri, memang sulit menjaga kebersihan dengan kondisi terbatas seperti di pengungsian,” ujarnya.
Berdasarkan data Humanity Data Center-ACT, ada 135.875 orang pengungsi yang terdampak gempa Ambon enggan kembali ke rumah akibat trauma. Tim ACT masih terus melakukan pendataan terkait keadaan pengungsi dan kerusakan fasilitas umum.
Tidak hanya memberi perhatian pada masalah kesehatan, sejak hari pertama gempa mengguncang ACT telah membuka posko kemanusiaan, pendistribusian logistik, dan aktivasi lima dapur umum. Komandan Disaster Emergency Response (DER)-ACT, Bambang Triyono mengatakan lokasi Dapur Umum ACT terdapat di Kabupaten Maluku Tengah dan Kabupaten Seram Bagian Barat. Dapur Umum diupayakan berada di bukit-bukit sebab para pengungsi di atas bukti kurang mendapat bantuan.
"Bantuan yang datang sudah lebih dulu habis di titik pengungsian di tepi jalan di bawah bukit," ujarnya. Untuk layanan kesehatan, Bambang menjelaskan tim medis ACT akan melayani para penyintas dari titik pengungsian ke pengungsian lain.
Saat ini para pengungsi disebut masih membutuhkan sejumlah keperluan mendesak seperti air bersih, makanan, tenda dan alas tenda. Belum lagi pengungsi yang tidak tersebar dalam kelompok-kelompok kecil.