REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyelenggaraan Islamic Book Fair (IBF) setiap tahunnya semakin terus berkembang. Jumlah penerbit yang ikut meramaikan acara ini semakin bertambah, masyarakat pun kian antusias dalam memeriahkan IBF.
Ketua Dewan pertimbangan IKAPI DKI, Afrizal Sinaro mengatakan, IBF berawal dari sebuah diskusi kecil oleh para pengurus kelompok kerja buku Islam DKI Jakarta, 20 tahun yang lalu. Mereka menginginkan adanya acara pameran buku Islam.
"Beberapa orang pengurus pokja, menginginkan adanya satu event pameran buku islam. Tempat ngumpulnya orang-orang buku islam, mulai penulis, editor, pemasaran dan penerbit. Disinilah lahirnya Islamic Book Fair IKAPI DKI Jakarta," kata Afrizal, Selasa (8/10).
Perjuangan membangun sebuah pameran buku terbesar pun dimulai dari bawah. Awalnya, hanya ada sedikit penerbit buku Islam di Jakarta. "Jumlah penerbit buku Islam di Jakarta bisa dihitung dengan jari. Dengan semangat perjuangan ingin berdakwah melalui buku, maka Islamic Book Fair sudah menjadi pameran buku Islam terbesar di ASEAN sekarang ini," ucap Afrizal.
IBF telah diselenggarakan dari 2002, dan hingga 2019 telah menghadirkan ratusan ribu pengunjung. Selain itu juga memiliki transaksi hingga puluhan, bahkan miliaran rupiah setiap acaranya.
Pada 2002, jumlah stan buku hanya ada 75. Selain buku sembilan stan, totalnya berjumlah 84 stan. Sementara untuk jumlah penjualan mencapai Rp 8,1 miliar, acara pertama IBF dibuka langsung oleh Wakil Presiden Indonesia, Hamzah Haz.
Selanjutnya pada 2003, jumlah stan buku meningkat hingga 108, dan selain buku terdapat 33 stan, dengan total 141 stan. Untuk jumlah penjualan di tahun kedua IBF mencapai hingga Rp 15 miliar.
Sementara itu, pada 2019 atau penyelenggaraan IBF ke-18, jumlah stan buku mencapai 251, dan selain buku 97, dengan keseluruhan 348 stan. Jumlah transaksi penjualan pun semakin meningkat hingga Rp 144,4 miliar.