REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN --- Pondok Pesantren Nurul Ilmi sudah berdiri sejak 2002. Pesantren ini didirikan oleh KH Didin Afandi yang mendapat amanah wakaf tanah dari seorang warga untuk pendirian pesantren.
Menurut pengajar Santi Ponpes Nurul Ilmi Kuningan, Ustaz Fahmi Zakaria Al Anshori, seiring berjalannya waktu keberadaan pesantren Nurul Ilmi pun berdampak positif bagi masyarakat Desa Ciomas dan sekitarnya.
“Karena kebutuhan masyarakat juga yang ingin ada pesantren, mulai dari dulu itu mengaji ibu-ibu di mushola, terus menerus sampai ada anak-anak semakin banyak sampai tidak muat lagi, maka dibuatlah gedung,” kata pengajar Ponpes Nurul Ilmi, Ustaz Fahmi Zakaria Al Anshori saat berbincang dengan Republika,co.id pada Ahad (6/10).
Mulanya kata Ustaz Fahmi, hanya dari beberapa santri saja yang mengaji di pesantren Nurul Ilmi. Itu pun merupakan santri kalong yakni anak-anak warga sekitar. Tetapi setelah dibangunnya asrama bagi penginapan santri, banyak santri dari luar Desa Ciomas yang mondok menimba ilmu di pesantren ini.
Saat ini jumlah santri yang mengaji di Ponpes Nurul Ilmi sekitar seratus santri. Pesantren ini pun memiliki lembaga pendidikan formal tingkat Taman Kanak-kanak dan juga Madrasah Ibtidaiyah. Untuk santri tingkat Tsanawiyah dan Aliyah, pesantren memperbolehkan santrinya menimba ilmu di sekolah terdekat dengan pesantren.
“Kedepannya kita berharap pesantren bisa mengembangkan perikanan untuk mengajarkan kewirausahaan, kemudian juga mungkin ada pustaka digital mulai dari komputer, fotokopi dan koperasi,” katanya.
Pesantren Nurul Ilmi berada di Desa Ciomas, Ciawi Gebang, Kuningan. Pesantren ini juga dikenal sebagi pesantren yang memiliki metode cepat mempelajari kitab kuning. Pesantren Nurul Ilmi menjadi koordinator bagi pengembangan metode Amtsilati wilayah Jawa Barat II. Karenanya, pesantren Nurul Ilmi pun kerap menggelar seminar atau pelatihan untuk metode Amtsilati.