REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK--Sekolah Tinggi Kulliyatul Qur'an (STKQ) Al-Hikam Depok menggelar acara wisuda mahasiswa penghafal Alquran 30 juz (hafidz) di Kampus Kampus STKQ Al-Hikam, Kukusan, Kota Depok, Ahad (29/9). Wisuda dilakukan setelah mengabdi atau kuliah kerja nyata (KKN) selama setahun di daerah terpencil dan tertinggal di daerah perbatasan nusantara.
"Tentunya, kita berharap agar para lulusan dari STKQ Al-Hikam yang juga hafidz bisa mengamalkan ilmunya di masyarakat. Terlebih lagi, mampu mendirikan dan menjadi Pimpinan Pondok Pesantren di kemudian hari," ujar Pengasuh Pesantren Al-Hikam Depok KH. Yusron Ash-Shidqi, MA seusai Rapat Senat Terbuka Wisuda STKQ Al-Hikam Angkatan IV, di Kampus STKQ Al-Hikam.
Menurut Yusron, sebagai seorang hafidz tidak hanya mampu membaca Alquran dengan baik juga dituntut untuk terus meningkatkan kualitas diri, mampu menjawab tantangan zaman dan menjadi solusi bagi masyarakat. "Dengan dikirim ke daerah terpencil mengabdi di Pondok Pesantren akan mendapatkan banyak pengalaman berharga," ucapnya.
Keberadaan Pesantren tidak serta merta langsung menjadi besar. Namun, melalui rintisan dan tahapan yang berliku serta panjang.
"Jadi, mereka tidak hanya bisa mengaji dan mengajar saja. Tapi, mampu terjun di tengah-tengah masyarakat, memiliki kemampuan manajerial, leadership, daya juang serta dakwah di masyarakat. Sebab, Pesantren itu tidak langsung besar tapi melalui proses dan tahapan yang panjang. Berkembangnya pribadi atau institusi dengan baik, itu dimulai dengan niatan baik dan fasenya yang baik," tutur putra sulung alm. KH. Hasyim Muzadi ini.
Sementara itu, Pimpinan Pondok Modern Gontor KH. Hasan Abdullah Sahal mengatakan keberadaan Pesantren sebagai Lembaga Pendidikan Islam. Untuk itu, perlu adanya kajian dalam lembaga tersebut seperti ilmu agama Islam, Iptek dan lainnya. "Tentunya, dalam Pondok Pesantren diajarkan kemandirian, adanya santri dan kiyai. Adanya ruh pesantren," paparnya.