REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin menyampaikan, di zaman yang penuh disrupsi seperti sekarang ini persoalan agama ternyata menjadi celah masuk radikalisme dan gerakan anti toleransi. Di tengah situasi seperti ini kaum santri diminta tetap menjadi agen penyebar Islam damai yang bersemangat rahmatan lilalamin.
"Di Indonesia, kaum radikal sering kali mempertentangkan keberagamaan dengan keindonesiaan. Di tengah kondisi ini santri diminta menjadi benteng NKRI terhadap kakuatan kontra persatuan dan demokrasi," kata Lukman pada acara Muktamar Pemikiran Santri di Pesantren Tinggi Asshiddiqiyah, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Sabtu (28/9) malam.
Muktamar Pemikiran Santri digelar dalam rangkaian acara peringatan Hari Santri yang jatuh pada 22 Oktober 2019 ini terdiri dari dua acara utama. Yaitu Muktamar Pemikiran Santri dan Malam Kebudayaan Pesantren.
Menteri Agama mengungkapkan rekam jejak sejarah dan kebudayaan yang ada di pesantren sebagai model sempurna bagi keislaman yang menjunjung tinggi persatuan dan kedamaian. Menurutnya peran santri dalam sejarah kemerdekaan Indonesia sangatlah besar.
"Santri, kita tahu, memiliki rekam jejak yang menonjol terkait kebudayaan dan segala relasinya terhadap pembangunan bangsa ini," kata Lukman melalui siaran pers yang diterima Republika, Sabtu (28/9) malam.
Tahun ini merupakan tahun keempat peringatan Hari Santri di Indonesia. Menteri Agama berharap rangkaian kegiatan Hari Santri dapat berkelanjutan. Semangat dari peringatan Hari Santri adalah menyebarluaskan ide-ide keberagamaan pluralis yang memiliki nasionalisme tingkat tinggi. Dengan demikian, dampaknya akan sangat baik kepada generasi Muslim bangsa ini di masa-masa mendatang.
Pada Muktamar Pemikiran Santri sebanyak 126 praktisi pesantren tinggi dari seluruh Indonesia mengambil bagian dalam muktamar. Acara yang sudah dilakukan dua kali ini terbagi dalam dua bentuk, yakni Call for Papers dan Panel Sesion.
Muktamar Pemikiran Santri tahun ini mengambil tema 'Tradisi, Eksistensi, dan Perdamaian Global'. Ajang ini menjadi lahan kaum santri menuangkan gagasan dalam berbagai disiplin ilmu agama.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, Kamaruddin Amin menambahkan, peringatan Hari Santri dapat menginternasionalisasi model Islam tradisional Indonesia yang penuh cinta. Hal ini kontradiktif dengan kebanyakan gerakan Islam transnasional yang cenderung eksklusif dan ofensif.
"Muktamar Pemikiran Santri ini memberikan kepahaman kepada masyarakat umum dan internasional bahwa pesantren adalah rol model sempurna dalam gagasan perdamaian dunia," katanya.
Ia menyampaikan, santri yang merupakan manifestasi pelajar Muslim tradisional di Indonesia terbukti sepanjang masa telah menjadi agen pemegang agama Islam yang konsisten, toleran, dan penjaga pagar keberagaman dalam bingkai NKRI. Peran santri sangat efektif menangkal radikalisme di ruang-ruang yang memenangkan perebutan otoritas di ruang publik.