REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK – Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, mengatakan akibat terciptanya Islamofobia, jilbab yang dikenakan Muslimah dianggap orang lain seolah-olah merupakan sebuah senjata. Hal ini dia sampaikan saat berbicara pada sesi Sidang Umum PBB ke-74 di New York, Jumat (28/9).
"Muslimah yang mengenakan jilbab telah menjadi masalah di beberapa negara seolah-olah jilbab adalah semacam senjata. Ini terjadi karena Islamofobia," kata Imran Khan, dilansir dari India Today, Sabtu (28/9).
Imran Khan mengungkapkan, terdapat 1,3 miliar Muslim di dunia. Jutaan Muslim tinggal di Amerika Serikat (AS), dan negara-negara Eropa sebagai minoritas.
Semenjak serangan bunuh diri pada 11 September 2001 di New York dan Washington atau 9/11, Islamofhobia telah tumbuh dengan cepat.
"Mengapa ini dimulai? Karena para pemimpin Barat tertentu menyamakan terorisme dengan Islam, menyebutnya terorisme Islam dan Islam radikal. Apa itu Islam radikal? Hanya ada satu Islam," ucapnya.
Dia menegaskan radikalisme Islam ini telah menjadi alasan utama di balik Islamofobia. “Ini telah menyebabkan penderitaan bagi umat Islam," kata Imran Khan.
Dia mengatakan, bahwa pembatasan pada Muslim di negara-negara Eropa mengarah pada radikalisasi, yang membuat orang berakhir sebagai militan di Suriah, dan negara-negara lain. "Tidak ada agama yang mengajarkan radikalisme. Dasar dari semua agama adalah kasih sayang dan keadilan," kata dia.
Menurut Imran Khan, sebelum 9/11 mayoritas serangan bunuh diri di dunia dilakukan Macan Tamil yang beragama Hindu. Namun tidak ada yang menyalahkan Hindu. Imran Khan mengatakan, bahwa ada kesalahpahaman di Barat tentang Islam yang menyebabkan Islamofobia di dunia.