Jumat 27 Sep 2019 04:33 WIB

1000 Tahun Lalu Dokter Muslim Telah Lakukan Operasi Bedah

Dunia kedokteran berutang jada kepada Az Zahrawi.

Az Zahrawi melakukan pembedahan.
Foto: pinterest.com
Az Zahrawi melakukan pembedahan.

Oleh: Uttiek M Panji Astuti, Penulis dan Traveller

Dalam aksi mahasiswa di Gedung DPR tiga hari lalu, seorang mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Al-Azhar, Faisal Amir (21 tahun), kritis setelah mengalami luka serius saat berlari menghindari gas air mata. Ia harus menjalani operasi di bagian kepalanya karena mengalami pendarahan pada otaknya.

"Terakhir saya lihat kondisinya kata dokter dia pendarahan di otak," ujar Rahmat Ahadi, kakak kandung mahasiswa semester delapan itu, saat ditemui di RS Pelni, Jakarta Pusat, Rabu (25/9) dini hari. [Republika, 25/9].

Kabar duka ini jelas kembali mengoyak bangsa. Lagi-lagi, anak negeri menjadi korban kekerasan. Kali ini mahasiswa yang tengah menyerukan aspirasinya.

Kondisi Faisal dikabarkan masih kritis. Serangkaian operasi harus dilakukan untuk menghentikan perdarahan pada otaknya.

Membayangkan pun ngeri. Tengkorak manusia yang sudah didesain sedemikian kuatnya, tak kuat menahan benturan, hingga terjadi perdarahan di dalamnya.

Semoga Allah segera berikan kesembuhan. Dan tim dokter bisa melakukan tugasnya dengan maksimal.

Kalau kedokteran modern pun harus berusaha keras untuk melakukan operasi itu, apakah terbayang lebih dari 1.000 tahun lalu, seorang dokter Muslim telah mampu menghentikan perdarahan saat melakukan operasi pembedahan tengkorak manusia? Bagaimana kenyataan sejarah ini?

Nah, dalam dunia kodekteran sejarah telah mencatat siapa sosok paramedis atau dokter yang berani melakukan pembedahan kepada manusia itu. Ternyata,

sosok dokter itu bernama Abul Qasim Khalaf ibn al-Abbas az-Zahrawi (930‒1013), yang masyhur dengan nama Az-Zahrawi atau di Barat dikenal sebagai Abulcasis.

Az-Zahrawi menulis kitab Al-Tastif Liman Ajiz’an Al-Ta’lif sebanyak 30 jilid setebal 1.500 halaman. Berisi kumpulan praktik kedokteran dan menjadi rujukan utama di sekolah-sekolah kedokteran hingga abad ke-17.  Di kitab fenomenal tersebut ia juga membahas lebih dari 200 alat yang digunakan dalam operasi pembedahan.

Az-Zahrawi adalah penemu pisau bedah, sendok bedah, spekulum, retractor, benang untuk menjahit luka bekas pembedahan, dan cermin muka yang menjadi cikal bakal teleskop di masa mendatang. 

Benang bedah yang disebut catgut temuannya itu terbuat dari jaringan hewan, baik kambing maupun sapi.  Sehingga bisa diterima oleh tubuh manusia serta halal digunakan. Sejak itu para dokter lebih mudah menutup luka. Tak lagi menggunakan semut atau daun.

Luar biasanya, selain menemukan berbagai alat kedokteran dengan bermacam fungsinya, masalah kehalalan juga menjadi concern utamanya.

Prestasinya yang paling fenomenal dan tercatat dengan tinta emas tersebut adalah kemampuannya menghentikan perdarahan saat melakukan operasi pembedahan tengkorak manusia lebih dari 1.000 tahun yang lalu! Jadi bayangkan itu operasi tengkorak manusia telah dilakukan dalam dunia kodekteran ketika Islam mencapai puncak kejayaan. Inilah yang generasi sekarang banyak tidak mengetahuinya. Seolah dunia kedokteran lahir dari dunia barat (Eropa) dan lahir begitu saja.

Dan tak berhenti sampai di situ, Az-Zahrawi juga berjasa menemukan alat yang disebut forceps. Alat Ini digunakan untuk mengeluarkan bayi dari dalam kandungan. Ia tercatat sebagai dokter yang melakukan operasi cesar pertama.

Ia meracik beragam obat yang digunakan pascaoperasi. Membuat gigi palsu dan memasangkannya. Bahkan, ia juga yang menciptakan bahan-bahan yang sekarang kita kenal sebagai kosmetik. Seperti deodoran, hand lotion, hingga pewarna alami.

Nama Abdulcasis yang disematkan padanya kadang membuat generasi muda Muslim tak mengenalinya. Padahal dunia begitu menghormati jasanya.

Sebuah buku berjudul “Islam Forgotten Contributions to Medical Science” karya Ingrid Hehmeyer dan Aliya Khan yang diterbitkan Canadian Medical Association Journal pada 2007, secara rinci menulis jasa-jasa Az-Zahrawi tersebut.

Penghormatan lain yang pernah diberikan adalah project reproduksi 200 peralatan kedokteran yang ditemukannya oleh Fuat Sezgin. Alat-alat ini dipamerkan di Museum Arkeologi Madrid, Spanyol, pada tahun 1992.

Lalu ada juga, Profesor Ahmed Dhieb dari Tunisia mempelajari instrumen bedah dan merekonstruksinya. Yang dipresentasikan dalam tiga bahasa Arab, Prancis, dan Inggris pada Kongres Internasional untuk Sejarah Kedokteran ke-36 di Tunis, Tunisia.

MasyaAllah.

Semoga setiap tetesan amal jariyah Az Zahrawi kepada umat manusia dan dunia kedokteran menjadi penerang kuburnya dan menjadi pemberat timbangan amalnya di yaumil hisab kelak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement