REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Dengan derasnya arus budaya yang masuk, selepas magrib baik orang tua dan anak-anak lebih senang berada di depan televisi atau main gadjetnya. Padahal, sudah menjadi tradisi selepas sholat Magrib terdengar suara lantunan ayat suci Alquran di masjid, mushola ataupun rumah masing-masing.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Depok H. Asnawi menuturkan pihaknya saatnya ini bersama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Depok Gencar mensosialisasikan Gerakan Magrib Mengaji.
"Upaya tersebut sangat efektif dalam memberantas buta huruf baca Alquran dan memperkuat tradisi masyarakat," ujar Asnawi seusai Silaturahmi Akbar Lembaga Pendidikan Alquran Se-Kota Depok dan Training Motivasi "Menjadi Lembaga yang Dinanti dan Diminati" di Gedung Dibaleka, Lt. 10, Balai Kota Depok, Selasa (24/9).
Dia menambahkan, pihaknya sadar menjalankan Magrib Mengaji itu bukan perkara yang mudah di Kota Depok. "Sebab, kebanyak anak-anak kita sekolah sampai sore belum lagi ditambah dengan les. Meski begitu, kami juga terus berjuang dalam menghidupkan tradisi selepas membaca Alquran ini dengan melibatkan semua pihak," tutur Asnawi.
Sebelumnya, Pemkot Depok telah mengeluarkan surat edaran tentang Magrib Mengaji di tingkat kecamatan dan kelurahan. Surat edaran tersebut juga ditindak lanjut dari program Provinsi Jawa Barat yang telah diresmikan sebelumnya oleh Gubernur Jabar, Ridwan Kamil.
Pihaknya juga mengajak organisasi, Lembaga Pendidikan Alquran yang secara bersama untuk mensosialisasikan dan menjalankan program Magrib Mengaji. Di Kota Depok ini ada 15 organisasi atau Lembaga yang membawahi unit Pendidikan yang berbasis Alquran.
"Tentunya, program ini kita jadikan sebagai ajang pembentukan karakter, melalui pembiasaan sejak dini dengan membawa Alquran, kitab untuk datang ke masjid, mushola, Majelis Taklim mengaji Alquran. Selepas itu, baru dilanjutkan dengan belajar mata pelajaran untuk esok harinya," paparnya.
Menurut Asnawi, saat ini masih menjadi pekerjaan rumah bersama dalam mendidik masyarakat untuk bisa membaca Alquran. Dengan adanya guru Taman Pendidikan Alquran (TPQ) dirasa sangat membantu tenaga pendidik di sekolah pada semua tingkatan.
"Sebanyak 20 ribu dari 33 ribu lulusan SD tidak bisa membaca Alquran, belum yang lainnya. Data ini dari Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Depok. Tentunya, kita sangat mendukung program ini dalam rangka mewujudkan Kota religius di Depok," ungkap Asnawi.
Kabag Kesra Bidang Keagamaan Kota Depok Eka Firdaus mengapresiasi guru TPQ yang bekerja dengan penuh keikhlasan. Terlebih lagi, lanjutnya, dalam membantu mendidik masyarakat dalam membaca Alquran.
"Kami patut mengapresiasi peran guru TPQ dalam melahirkan generasi yang bisa membaca Alquran dan para Hafidz. Diharapkan dengan program Gerakan Magrib Mengaji di Depok yang sudah diedarkan melalui surat edaran dapat menciptakan generasi yang gemilang, generasi Qurani di masa mendatang. Tentunya, dalam mewujudkan visi Kota Depok yang nyaman dan religius dapat berjalan dengan baik," harapnya.
Dalam kesempatan tersebut sedikitnya 500 tenaga pendidik Alquran di TPQ, SD sampai dengan tingkat SMA turut serta hadir dalam acara Silaturahmi Akbar Lembaga Pendidikan Alquran Se-Kota Depok dan Training Motivasi "Menjadi Lembaga yang Dinanti dan Diminati".
Tampak hadir Ketua Forum komunikasi Pendidikan Alquran (FKPQ) Depok, Kepala Seksi Pais Kemenag Depok, Ketua Forum Komunikasi Penyuluh Agama Depok, Ketua Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah
BKMT, Muslimat NU, Pokjaluh, IGRA, BKPRMI, BKPAKSI dan lainnya.