Selasa 24 Sep 2019 18:18 WIB

Cara Pesantren Tarbiyatul Banin Didik Santri Cinta Tanah Air

Pendidikan bela negara ini diikuti santri, langsung pematerinya dari Polres dan Kodim

Rep: Andrian Saputra/ Red: Agung Sasongko
Santri
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Santri

REPUBLIKA.CO.ID,CIREBON --- Pondok Pesantren Tarbiyatul Banin Cirebon tak hanya mengajarkan santrinya untuk memahami keilmuan Agama. Pesantren ini juga mendidik santrinya agar memiliki kecintaan terhadap tanah air. 

Menurut pimpinan Ponpes Tarbiyatul Banin, KH Abdul Mujib, perantren bekerjasama dengan aparat kepolisian maupun TNI rutin menggelar pendidikan bela negara yang diikuti para santri. Diharapkan hal itu dapat meningkatkan kecintaan terhadap Indoensia.

“Pendidikan bela negara ini diikuti santri, langsung pematerinya dari Polres dan Kodim,” katanya. 

Saat ini santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Banin berjumlah 1300 santri. Setiap hari aktif, santri akan mengikuti pendidikan formal sesuai jenjang pendidikannya. Di lingkungan pesantren terdapat lembaga formal dari mulai tingkat TK, SD, Tsanawiyah dan Aliyah. Selain itu terdapat juga Akademi Analis Kesehatan, serta Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan. Sementara pada siang hari, santri akan mengikuti pembelajaran kepesantrenan sesuai kelasnya masing-masing. Pengajian kitab kembali berlangsung pada ba’da Maghrib hingga malam hari. 

“Bagaimana mereka itu memahami untuk dunia pesantren tentang ilmu agama, yang sekiranya mereka keluar dari sini umum mumpuni, agama juga mumpuni,” katanya 

Pesantren Tarbiyatul Banin berdiri pada 1989. Lokasinya di Kelurahan Kaliwadas, Sumber, Cirebon. Pendirinya yakni KH Nashiruddin Shiddiq.

Menurut Kiai Abdul Mujib pada awal berdirinya para santri yang mengaji hanya sekitar 15 santri saja. Para santrinya pun merupakan santri yatim piatu dan berasal dari keluarga dhuafa. Kala itu, Kiai Nashiruddin masih mendidik santri-santrinya di rumahnya sendiri. 

Kini, Pesantren Tarbiyatul Banin pun telah berkembang pesat. Total santrinya mencapai 1300 santri. Pesantren juga mendirikan lembaga formal mulai yakni Taman Kanak-kanak, Tsanawiyah (1997), SD (1999), Aliyah (2000), dan Akademi Analis Kesehatan (2003), serta Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (2014). Menariknya, Kiai Nashiruddin mampu memajukan pesantren yang dirintisnya dari hasil ia berbisnis tebu. 

Kala itu, Kiai Nashiruddin memulai bisnis tebu dengan menyewa lahan Bain dari warga maupun pemerintah. Lamanya laun, usahanya itu pun mengalami peningkatan. Dari situlah, Kiai Nashiruddin mampu mengembangkan Pesantren Tarbiyatul Banin.  Menurut Kiai Mujib, hal itu dilakukan Kiai Nashiruddin agar pesantrenya dapat mandiri. Kiai Nashiruddin wafat pada 2012.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement