REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG—Bertepatan dengan Peringatan Tahun Baru Hijriyah, Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang menganugerahkan penghargaan Budaya Akademik Islami (Budai) Award, kepada almarhum KH Maimoen Zubair.
Unissula menilai, kiai kharismatik yang juga politisi sekaligus pengasuh Pondok Pesantren (ponpes) Al Anwar, Sarang, Kabupaten Rembang ini pantas dianugerahi penghargaan sebagai tokoh pengembangan pendidikan Islam.
Pelaksana harian (Plh) Rektor Unissula, Bedjo Santoso MT PhD, mengatakan Unissula sangat meneladani kiprah dan perjuangan ‘Mbah Moen’ (KH Maimoen Zubair) dalam menegakkan dan memajukan pendidikan Islam.
Selain sebagai kiai yang nasionalis, KH Maimoen Zubair juga merupakan tokoh yang berperan dalam memajukan pendidikan Islam di negeri ini dan menjadi inspirasi bagi Unissula untuk meneruskan pemikiran- pemikirannya dalam memajukan pendidikan tinggi Islam.
“Sedangkan peringatan Tahun Baru Hijriyah dipilih sebagai meomentum penganugerahan tak lain karena Tahun Baru Hijriyah tidak lepas dari perjuangan Nabi Muhammad SAW yang selalu menjadi teladan umat manusia,” jelasnya.
Unissula dengan Budai-nya, lanjut Bedjo, terbukti semakin memperkuat jaringan serta berprestasi di tingkat internasional. “Kita berusaha mengembangkannya untuk menuju Islamic word class university. Yakni melalui peningkatan kualitas berjamaah, pengembangan manajemen Islami, dan pembudayaan gerakan mahabah,” jelasnya.
Saat ini, lebih dari 25 persen program studi (prodi) telah terakreditasi A. Sedangkan akreditasi Institusi telah diraih dengan predikat A. “Maka, diharapkan pada 2025, Unissula bisa sejajar dengan universitas Islam di dunia sebagai kampus Internasional Islamic university,” jelasnya.
Sementara itu, Budai Award yang dianugerahkan kepada almarhum KH Maimoen Zubair, diterimakan Plh Rektor Unissula, Bedjo Santoso kepada salah satu putra KH Maimoen Zubair, Majid Kamil (Gus Kamil).
Sementara itu, Gus Kamil dalam kesempatan ini mengapresiasi penghargaan Budai Award yang dianugerahkan kepada almarhum ayahnya. Menurutnya, peran KH Maimoen Zubair cukup lengkap.
Almarhum (KH Maimoen Zubair) dahulu juga sebagai pejuang, yang tergabung dalam laskar Hizbullah di masa perjuangan. Namun saat diserahkan kepada negara untuk aktif dalam Tentara nasional Indonesia (TNI) memilih mengundurkan diri dan tak mau mendapat pensiun.
Dalam peran menegakkan kedaulatan NKRI, almarhum juga turut serta berjuang dalam pemerintahan. Almarhum selalu menginginkan Indonesia menjadi bangsa yang nasionalis dan religius.
Itu merupakan cita- cita almarhum dan perjuangan ‘Mbah Maimoen’ yang masih terus dilakukan di era kemerdekaan.
“Termasuk ingin Jawa Tengah menjadi religius dan nasionalis, dengan merestui salah satu putranya Taj Yasin Maimoen mendampingi pak Ganjar Pranowo untuk memimpin Jawa Tengah,” kata dia di hadapan 4.200 mahasiswa baru Unissula.