Senin 23 Sep 2019 20:20 WIB

Teori Bumi Menurut Ilmuwan Muslim

Ilmuwan Muslim, al-Biruni mengungkap Teori Bumi tak kekal

Rep: Mozaik Republika/ Red: Agung Sasongko
Bumi
Bumi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teori bumi tak kekal yang dilontarkan Al Biruni itu berlawanan dengan keyakinan ilmuwan Yunani Kuno yang berpendapat bahwa bumi itu kekal.

Al Biruni pun lalu menyatakan bahwa bumi juga memiliki usia. Pendapat sang ilmuwan Muslim di era kekhalifahan itu terbukti. Para geolog modern akhirnya membuktikan pendapat itu dengan menyatakan bahwa usia bumi yang diperkirakan sekitar 4,5 miliar (4,5x109) tahun.

Baca Juga

Ilmuwan Muslim legendaris, Ibnu Sina (981-1037 M), juga turut memberi kontribusi yang amat penting bagi studi geologi. Avicenna--begitu masyarakat Barat biasa menyebutnya--menamakan geologi sebagai Attabieyat. Dalam bab lima ensiklopedia berjudul Kitab al Shifa, Ibnu Sina menjelaskan mineralogi dan meteorologi.

Selain itu, bab keenam Kitab Al-Shifa juga mengupas berbagai hal tentang bumi dan proses pembentukannya. Secara perinci dan lugas, Ibnu Sina membahas pembentukan gunung, manfaat gunung dalam pembentukan awan, sumber-sumber air, asal muasal gempa bumi, pembentukan mineral-mineral, serta keanekaragamaan lahan tanah di bumi.

Pemikiran Ibnu Sina tentang geologi ternyata sangat berpengaruh terhadap peradaban Barat. Berkat jasa Avicenna-lah masyarakat Barat kemudian mengenal hukum superposisi, konsep katastropisme (bencana besar), serta doktrin uniformitarianism. Buah pikir Ibnu Sina juga banyak memengaruhi ilmuwan Barat bernama James Hutton dalam mencetuskan Teori Bumi pada abad ke-18 M.

Secara terang-terangan, dua akademisi Barat bernama Toulmin dan Goodfield (1965) menjelaskan sumbangsih yang diberikan Ibnu Sina bagi studi geologi modern. "Sekitar abad ke-10 M, Avicenna telah melontarkan hipotesis tentang asal muasal bentangan gunung. Padahal, 800 tahun kemudian, pemikiran seperti itu masih dianggap radikal di dunia Kristen,'' papar Toulim dan Goodfield.

Tak cuma itu, metodologi ilmiah serta observasi lapangan yang dikembangkan Ibnu Sina hingga kini masih tetap menjadi bagian yang penting dalam investigasi geologi modern.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement