Senin 23 Sep 2019 08:25 WIB

Empat Tingkatan Mengenal Allah SWT, Apa Saja?

Tingkatan mengenal Allah SWT ditentukan pada kualitas keimanan.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah
Zikir (Ilustrasi)
Foto: REPUBLIKA
Zikir (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Mengenali Allah (makrifah Allah) merupakan hal yang amat sangat mendasar bagi setiap orang beriman. Menurut Abi Bakr al-Jazairi ada empat macam untuk bisa mengenal Allah. Prof Muhammad Amin Suma, dalam Tafsir Al-Amin Bedah Surah Al-Fatihah menjelaskan ada empat tingkatan mengenal Allah. 

Pertama tingkatan yang diraih para ilmuwan yang mengobservasi alam semesta (‘ulama al-kauniyyat). Keimanan mereka kepada Allah didapatkan dengan melakukan penalaran dan berargumentasi al-nazhar wa-al-istidlal.  

Baca Juga

Kedua tingkatan keimanan orang-orang mukmin yang keimanannya lebih didasarkan pada sikap pengikutan (al-Iman al taqlidi) yang diperoleh mereka melalui rasa kesadaran diri yang bersifat fitrah (al-syuur al fithri) dan sebatas mengandalkan berita-berita yang disampaikan orang lain dalam pengertian menurut orang lain tentang eksistensi Allah dan kemasyhurannya (wujudillah wa syuhratiha). 

Tingkatan pengenalan Allah dengan cara yang kedua ini masih tergolong ke dalam tingkatan yang rendah, mengingat pemiliknya adalah orang-orang yang mukmin yang sedikit tipis ketakwaan, ketakutan, dan kecintaannya kepada Allah. 

Ketiga pengetahuan orang-orang mukmin dari kalangan ahli-ahli syariat ilahiah (ahl al-syar’i al-ilahiyyah) yang mampu mengenali Allah dengan mengacu kepada metode yang Allah berikan kepada mereka melalui berita dan petunjuknya, serta berita yang diperoleh dari orang yang lebih dulu mengenali Allah dengan cara yang benar berdasarkan kesaksian (as-syawahid) argumentasi (al-barahin) dan dalil-dalil (al-dillah) yang relevan dengan itu.  

Orang-orang mukmin terpelajar macam inilah yang kebanyakan mampu mencintai Allah seperti dicontohkan orang-orang berilmu sebagai pewaris Nabi sebagaimana dimaksud dalam surah Fathir ayat 28.

Dan keempat tingkatan pengetahuan para nabi dan rasul Allah sebagai tingkatan yang paling tinggi, lebih sempurna dan lebih lengkap. “Karena  dalam mengenal Allah mereka langsung dari Allah sendiri yang meliputi seluruh aspek keilmuan yang bersifat komprehensif dan sempurna (tamam),” katanya.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement