Ahad 22 Sep 2019 22:00 WIB

Perjuangan KHR Asnawi

Kiai Asnawi turut berjuang dalam semangat jihad kemerdekaan.

Santri
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Santri

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Kiai Asnawi sadar bahwa perjuangan harus menjadi semangat kaum santri untuk mengusir penjajah dari bumi Nusantara. Karena itu, meski telah banyak berkhotbah dan memberi pengajaran kepada santri, Kiai Asnawi tetap bertekad untuk terjun langsung menjadi penggerak sehingga menginspirasi para santri dan rakyat untuk berjuang.

Meskipun belajar dan mengajar di Makkah, Kiai Asnawi juga tetap mengikuti perkembangan pergerakan nasional di Hindia-Belanda. Pada 1912, ia bersama dengan rekan-rekannya turut terlibat dalam pembentukan Sarekat Islam (SI) Makkah. Bahkan, beliau sem pat duduk menjadi komisaris dalam organisasi ini.

Baca Juga

Peneliti Nahdlatul Ulama Munawir Aziz menjelaskan, ketika pulang ke Tanah Air pada 1916, Kiai Asnawi kemudian mendirikan madrasah di kawasan Menara Kudus, dengan sebutan Madrasah Qudsiyyah. Dia bersama teman-temannya juga membangun masjid Menara agar menjadi rujukan tempat iba dah kaum santri. Pada waktu itu, kaum santri dan pengusaha Tionghoa di Kudus bersaing dalam ekonomi dan politik.

Kiai Asnawi merupakan ulama NU yang dekat dengan beberapa aktivis pergerakan, di antaranya H Agus Salim, HOS Tjokroaminoto, dan beberapa tokoh lainnya. Sepulang dari Makkah, Kiai Asnawi akhirnya dipercaya sebagai penasihat SI Kudus pada 1918.

Kiai Asnawi juga dikenal sebagai antipenjajah. Beliau dengan teguh mengobarkan semangat juang para santri, dan tidak mau tunduk pada kepen tingan rezim Hindia-Belanda, maupun Jepang.

Kiai Asnawi sering berdakwah dengan semangat jihad kemerdekaan. Hal ini untuk memompa semangat kaum santri agar berani berjuang melawan penjajah di bumi Nusantara.

Pada masa pendudukan Jepang di bumi Jawa, Kiai Asnawi pernah dituduh menyimpan senjata api sehingga rumah dan pondok dikepung oleh tentara Nippon, beliau juga dibawa ke markas Kempetei di Pati. Pada masa revolusi kemerdekaan, Kiai Asnawi menjadi penggerak kaum santri, sekaligus juga benteng spiritual para pejuang.

Beliau mengajak santri dan warga Muslim untuk membaca Shalawat Nariyah dan doa Surah al-Fiil. Pemuda-pemu da yang tergabung dalam jaringan las kar pejuang, berbondong-bondong sowan kepada Kiai Asnawi untuk meminta doa, sebelum bertempur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement