REPUBLIKA.CO.ID, Raut haru bercampur syukur terpampang jelas di wajah Siti Zuhiba saat menyaksikan putranya, Alif Wal Ikram selesai menjalani operasi bedah mayor. Siti mengatakan, Alif mengidap penyakit hernia atau turun usus sejak kecil dan baru kali ini berkesempatan menjalani operasi.
"Alhamdulillah operasi dari jam 8 pagi sampai jam 1 siang sudah selesai. Dulu Alif setelah bermain perutnya suka sakit dan demam," ucap Siti Zuhiba (28) saat ditemui di kediamannya, di Pulau Ende, Nusa Tenggara Timur.
Alif usai menjalani operasi mayor. (Foto: Dea Alvi Soraya/Republika)
Alif harus menjalani operasi mayor karena selain mengangkat penyakit hernianya, tindakan khitan juga harus dilakukan. Setelah menjalani pembedahan yang berlangsung di atas kapal Phinisi yang disulap menjadi Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga, bocah tujuh tahun itu juga harus menjalani penyembuhan dan pemulihan di Puskesmas Achmad Yani di Pulau Ende.
Chief Domision Ende, Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga, Dr Agustini Dini Hariah mengatakan, warga pulau kecil yang keseluruhannya merupakan penganut agama Islam ini, cukup banyak yang mengidap hernia, tumor, dan katarak. Selain Alif, puluhan warga Pulau Ende juga dapat menikmati layanan kesehatan gratis dari kegiatan layanan kesehatan di pulau-pulau terpencil yang digagas YBM PLN bersama RS Terapung Ksatria Airlangga.
Bukan hanya melakukan tindakan operasi di atas kapal phinisi yang telah dilengkapi peralatan medis yang memadai, layanan kesehatan yang dimulai sejak 16-19 September 2019 ini juga bersinergi dengan puskesmas setempat untuk melakukan upaya preventif kesehatan, seperti penyuluhan stunting, PHBS, dan dokter kecil. Selain itu ada pula upaya kuratif seperti pengobatan umum dan bedah untuk warga Pulau terpencil Ende, Flores NTT.
Tak hanya Alif yang berhasil disembuhkan, banyak pula warga Pulau Ende dengan keluhan tumor, katarak, kesehatan ibu dan anak, dan penyakit umum lainnya yang telah berhasil dilayani.
Fatimah Hamzah, salah satu warga Kota Ende, sengaja menyebrang lautan untuk mengobati penyakit tumor yang bersarang di lehernya sejak setengah tahun terakhir. Wanita berusia 64 tahun itu mengaku pasrah dengan segala keputusan para medis untuk mengobati penyakitnya.
"Awalnya benjolannya kecil, tapi lama kelamaan membesar. Saya pasrah saja dengan dokter, bagaimana caranya yang terbaik saja," katanya kepada Republika saat terbaring di ruang pemeriksaan RST Ksatria Airlangga.
Sedangkan Nur Hasembone yang hari ini baru saja menjalani operasi katarak mengaku sangat bersyukur atas kunjungan RST Ksatria Airlangga di pulau kelahirannya. Wanita 65 tahun itu mengatakan sudah menderita katarak sejak lima tahun lalu dan hanya mampu mengandalkan mata kanannya saja untuk melihat dengan jelas.
"Sakit dari 5 tahun, dan hari ini operasi. alhamdulillah bersyukur sudah dioperasi, dikasih obat juga. Saya antri dari jam 6 pagi dan baru dioperasi sekarang," ujarnya sambil menunjuk jam dinding yang menunjukkan pukul 13.00 WITA.
Sebelumnya, Nur mengaku, sangat kesulitan untuk mendapatkan fasilitas kesehatan yang memadai, karena meski sudah tersedia puskesmas, namun peralatannya masih belum lengkap. Sedangkan untuk melakukan operasi mereka perlu pergi ke Kupang, yang tentunya akan memakan biaya yang besar.
"Saat kapal merapat, sembilan desa di Pulau Ende kumpul semua disini untuk berobat, dari ujung ke ujung itu datang semua, mulai dari kemarin," ujarnya sambil tersenyum dan menggumamkan terima kasih berulang kali kepada dokter yang telah membantunya sembuh.
Ketua Tiga Bidang Koordinasi Unit dan Kerja sama Stategis YBM PLN, Herry Hasanuddin mengatakan, program layanan kesehatan pulau terpencil merupakan bagian dari lima pilar YBM PLN, khususnya dalam bidang kesehatan.
“Kegiatan di Ende ini ada beberapa program yang diimplementasikan, salah satunya program kesehatan yang bekerjasama dengan Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga yang khusus menyasar wilayah terpencil di NTT,” jelas Herry kepada Republika di Pulau Ende, NTT.
Menurut Herry, alasan dipilihnya Pulau Ende sebagai sasaran bantuan, karena Ende merupakan wilayah yang termasuk dalam kategori daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T) yang menjadi fokus bantuan YBM PLN. Alasan lain adalah karena penduduk Pulau Ende yang mayoritas merupakan pemeluk agam Islam.
“Karena bantuan ini adalah dana zakat dan kita harus memilih daerah mayoritas muslim, dan pulau Ende ini 100 persen penduduknya Muslim,” tambahnya.
Selain program layanan kesehatan, YBM PLN juga melakukan program sosial kemanusiaan untuk kaum dhuafa di Pulau Ende dan Kota Ende, berupa pembagian paket sembako senilai Rp 250.000 per paket kepada 500 orang.