REPUBLIKA.CO.ID, ENDE -- Yayasan Baitul Mal Perusahaan Listrik Negara (YBM PLN) memberikan bantuan layanan kesehatan kepada masyarakat Pulau Ende, Nusa Tenggara Timur. Melalui program Layanan Kesehatan Pulau Terpencil, YBM PLN bersama Ksatria Airlangga menyediakan rumah sakit terapung untuk melayani warga pulau Ende yang perlu mendapatkan bantuan medis.
Ketua Tiga Bidang Koordinasi Unit dan Kerjasama Stategis YBM PLN Herry Hasanuddin mengatakan, program layanan kesehatan pulau terpencil merupakan bagian dari lima pilar YBM PLN, khususnya dalam bidang kesehatan. “Kegiatan di Ende ini ada beberapa program yang diimplementasikan, salah satunya program kesehatan yang bekerjasama dengan Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga yang khusus menyasar wilayah terpencil di NTT,” ujar Herry kepada Republika.co.id, di Pulau Ende, NTT, Selasa (17/9).
Herry menjelaskan, program layanan kesehatan hasil kerjasama YBM PLN dan para alumni fakultas kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya ini Ksatria sudah berlangsung cukup lama. Rumah Sakit Terapung ini, kata dia juga sudah mengarungi beberapa wilayah di Indonesia Timur, mulai dari Manggarai Barat, Alor, Kupang, Rote, Sumba dan lainnya.
YBM PLN menggandeng Ksatria Airlangga memberikan bantuan kesehatan kepada masyarakat di Pulau Ende, NTT. (Foto: Dea Alvi Soraya/Republika)
“Kita sudah beberapa kali kerjasama, seperti di Pulau Sepekan, Lombok, Palu, dan rencananya juga nanti di Maluku, yang tujuannya bagaimana saudara saudara kita di pulau pulau terpencil bisa mendapatkan pelayanan kesehatan juga, terutama untuk perawatan penyakit serius yang membutuhkan tindakan operasi,” ujarnya.
Karena untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai itu sangat sulit bagi mereka yang tinggal di pulau terpencil. Dimana mereka jauh dari mana-mana dan tentunya harus menghabiskan uang yang tidak sedikit.
Menurut Herry, alasan dipilihnya Pulau Ende sebagai sasaran bantuan, karena Ende merupakan wilayah yang termasuk dalam kategori daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T) yang menjadi fokus bantuan YBM PLN. Alasan lain adalah karena penduduk Pulau Ende yang mayoritas merupakan pemeluk agam Islam.
“Karena bantuan ini adalah dana zakat dan kita harus memilih daerah mayoritas muslim, dan pulau Ende ini 100 persen penduduknya Muslim. Ende ini juga memang wilayah yang sama sekali belum tersentuh oleh YBM PLN,” tambah Herry.
Selain program layanan kesehatan, YBM PLN juga melakukan program sosial kemanusiaan untuk kaum dhuafa di Pulau Ende dan Kota Ende, berupa pembagian paket sembako senilai Rp 250.000 per paket kepada 500 orang.
Disusul bantuan sanitasi dua masjid masing-masing Rp 25 juta. Adapula bantuan untuk dua pesantren di Ende, dengan dana bantuan masing-masing Rp 25 juta. Ditambah bantuan taman baca untuk sekolah dhuafa dengan total bantuan Rp 25 juta pula.
“Semoga anak-anak pulau kecil ini dapat tetap mendapatkan sumber pengetahuan yang memadai sehingga kita harapkan melalui kegiatan ini, misi dan visi YBM PLN, menjejak manfaat, bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia,” harap Heri.
Pihaknya ingin kegiatan ini berjalan bukan hanya sekali, tapi bisa terus berlanjut. Sehingga, akan lebih banyak masyarakat Ende yang bisa dibantu, misalnya beasiswa, bedah rumah, atau lainnya.
Heri mengatakan, demi pemerataan program bantuan, YBM PLN memang sengaja memilih wilayah yang berbeda, dan Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu wilayah prioritas. Meski begitu, YBM PLN, katanya, berencana membangun sekolah dan masjid di Ende dan ditargetkan rampung pada akhir Oktober nanti.
“Ada lima lokal kelas yang dibangun dan akan disediakan listriknya juga, karena wilayah itu memang belum ada listrik dan memang masih sangat sulit akses jalannya. Nanti akan kita carikan solusi penerangannya mungkin dengan mengandalkan tenaga surya,” jelasnya.
Menurut dia, dana yang diperuntukkan untuk program bantuan Ende ini, sekitar Rp 750 juta yang keseluruhannya berasal dari dana zakat yang dihimpun oleh seluruh karyawan PLN di Indonesia.
“Karyawan PLN itu ada 50 ribu, 40 ribu nya muslim. Dan setiap bulan ada potongan zakat 2.5 persen dari semua penghasilannya. Dana yang disalurkan saat ini, sekitar Rp 750 juta, termasuk program bedah rumah yang memakan dana sekitar Rp 150 juta,” pungkasnya.