REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarah Islam mencatat kaca email atau enamel glass merupakan jenis kaca yang paling berharga dalam sejarah Islam. Kaca atau gelas jenis ini diproduksi secara khusus di wilayah yang dikuasai Dinasti Ayyubiyah dan Mamluk, yakni Mesir dan Suriah pada abad ke-13 M hingga 14 M. Kaca yang begitu populer itu dihiasi dengan email serta emas.
Teknik pembuatan kaca jenis ini dilakukan dengan memoleskan email atau emas di atas permukaan menggunakan medium berbahan minyak serta sikat atau sebuah pena buluh. Lantaran sepuh dan warna setiap email memiliki kualitas kimiawi berbeda, suhu berbeda dibutuhkan untuk memastikan agar warna menempel secara kuat dan tepat pada kaca atau gelas.
Pada era itu, kaca atau gelas email dibuat sebagai hadiah yang bernilai tinggi. Produk pecah belah dari kaca atau gelas email juga hanya digunakan untuk acara-cara tertentu yang terbilang istimewa. Meski begitu, kaca atau gelas email tak hanya diproduksi untuk memenuhi kebutuhan istana kekhalifahan saja. Namun, kaca atau gelas khas dari dunia Islam itu juga diproduksi untuk tujuan komersial.
Awalnya, kaca atau gelas email dikembangkan para seniman di Suriah. Itu terjadi setelah kekuasaan Dinasti Fatimiah di Mesir mulai tumbang pada tahun 1171 M. Para pembuat kaca atau gelas pun bermigrasi ke Suriah. Di negeri itulah, mereka mulai mengembangkan seni pembuatan gelas atau kaca email serta kaca sepuh.
Namun, begitu kota Kairo dijadikan ibukota pemerintahan Dinasti Ayyubiyah dan Mamluk pada abad ke-14, kaca atau gelas email serta kaca sepuh lebih banyak diproduksi di Mesir, ketimbang Suriah. Pada akhir abad ke-14, produksi kaca email mulai anjlok. Bahkan, seiring dengan berakhirnya kekuasaan dinasti-dinasti, pada akhir abad ke-15 M industri kaca email pun mulai gulung tikar.
Sejak saat itu, produksi gelas atau kaca email mulai beralih ke Eropa, yakni Venisia. Barang pecah-belah hiasan yang terkemuka buatan para seniman Muslim di era kekhalifahan adalah lampu masjid.