Ahad 15 Sep 2019 18:20 WIB

Meredupnya Pesantren Isyis Al Gazali Kuningan

Upaya membangkitkan kembali Pesantren Isyis Al Gazali terus dilakukan.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Agung Sasongko
Santri pondok pesantren (Ilustrasi)
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Santri pondok pesantren (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  KUNINGAN -- Pada 1970an, ketokohan KH Isyis Al Gazali begitu tersohor di Kabupaten Kuningan. Ia adalah seorang ulama yang penuh kharisma sehingga disegani warga Kuningan. Ia dikenal sebagai seorang 'alim yang juga ahli hikmah. Hingga banyak warga Kuningan pun belajar agama padanya.

Kiai Isyis kerap mengajar mengaji warga di masjid bilik yang didirikannya di Lebakwangi. Menurut santrinya, Iing Sarkim kala itu Kiai Isyis berkeyakinan wilayah Lebakwangi akan ramai. Kiai Isyis pun berharap suatu saat di tempatnya berdakwah dapat menjadi sebuah pusat ilmu, yakni pesantren.

“Kiai Isyis itu punya kharisma, khoarikulil adat disebutnya. Apa yang dikatakannya jadi kenyataan. Beliau itu punya cita-cita ingin mendirikan pesantren,” kata Iing Sarkim yang juga menjadi dewan kerja Yayasan Isyis Al Gazali saat berbincang dengan Republika,co.id pada Sabtu (14/9).

Namun, pada 1980 Kiai Isyis wafat. Aktivitas keagamaan yang biasa berlangsung di masjid bilik yang didirikan Kiai Isyis pun perlahan meredup. Namun, pada 2000 keturunan Kiai Isyis mencoba membangkitkan lagi lokasi yang tadinya menjadi tempat Kiai Isyis mengajar mengaji tepatnya di Desa Mekarwangi, Kecamatan Lebakwangi.

Ditempat itu, keturunan Kiai Isyis mendirikan pondok pesantren yang dinamai Ponpes Isyis Al Gazali. Sejak itu banyak warga yang menitipkan anak-anak mengaji di pesantren Isyis Al Gazali. Kendati demikian pesantren tak bertahan lama.   Pada 2005, aktivitas kepesantrenan pun meredup. Tak ada lagi santri yang mengaji di pesantren itu. Sementara para pengajarnya pun meninggalkan pesantren.

“Mungkin karena banyak hal, dari keluarga juga belum fokus, padahal dulu ustaz ada 7 orang di jamin semuanya, tapi santrinya berkurang karena mungkin sarannya juga belum maksimal,” katanya.

Padahal menurut Iing dilihat dari lokasi pesantren begitu strategis karena berada di depan jalan raya penghubung Luragung-Kota Kuningan. Setelah pesantren Isyis Al Gazali meredup, Yayasan pun mengalihkan pendidikan pada sekolah formal dengan membuka lembaga pendidikan tingkat PAUD dan SMP.

Bangunan yang tadinya asrama santri pun dialih fungsikan menjadi tempat belajar bagi PAUD dan siswa SMP. Sementara itu masjid bilik yang didirikan Kiai Isyis dan menjadi tempatnya berdakwah sudah tak ada. Lokasi masjid itu kini telah menjadi lapangan olahraga yang letaknya berada persis di depan SMP Isyis Al Ghazali. Sementara di area belakang sekolah terdapat makam Kiai Isyis.

Iing pun berharap Pesantren Isyis Al Gazali bisa bangkit kembali dan mewujudkan mimpi Kiai Isyis agar Desa Mekarwangi menjadi pusat Ilmu. “Kita memang sudah punya izin operasional pesantren, tinggal mungkin harus ada tokohnya kemudian juga sarannya harus memadai,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement