Jumat 13 Sep 2019 07:00 WIB

Rekonstruksi Masjid Al-Naouri di Mosul Dimulai Awal 2020

Rencana restorasi Masjid Al-Nouri pertama kali diluncurkan pada 2018 lalu.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Agung Sasongko
Mosul
Foto: [ist]
Mosul

REPUBLIKA.CO.ID, MOSUL -- Badan kebudayaan PBB UNESCO pada Rabu (11/9) mengumumkan bahwa rekonstruksi Masjid Al-Nouri di Mosul, Irak, akan dimulai pada awal 2020 mendatang. Masjid yang merupakan ikon di kota Mosul itu hancur setelah diledakkan oleh kelompok ISIS pada 2017.

Dilansir di TheNewArab, Kamis (12/9), garis waktu rencana restorasi dari monumen abad ke-12 itu telah disiapkan dalam pertemuan di Paris, Prancis, antara Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay dan sejumlah pejabat Irak, termasuk Menteri Kebudayaan Irak Abdulamir al-Dafar Hamdani dan Gubernur regional Mosul Mansour al-Mareed.

Azoulay mengatakan, rencana restorasi Masjid Al-Nouri pertama kali diluncurkan pada 2018 lalu. Rencana ini akan menjadi bagian paling mnarik dari rekonstruksi warisan budaya Mosul yang dipimpin UNESCO senilai 100 juta dolar. Ia mengatakan, "Revive the Spirit of Mosul" adalah rencana restorasi terbesar dalam sejarah Irak. Rencana ini datang dua tahun setelah kehancuran kota tua itu di tangan para ekstremis.

"Hari ini kami menyepakati kalender, kalender yang tepat, dan rencana aksi yang akan dikerahkan di Irak. Fase konsolidasi struktural yang sedang berlangsung dan fase kritis pembersihan lokasi dan pembersihan tambang (harus) tercapai dari sekarang hingga akhir tahun. Kami juga telah menyetujui jadwal yang akan melihat rekonstruksi dimulai pada semester pertama 2020 untuk masjid tersebut," kata Azoulay.

Pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghadadi mengumumkan kekhalifahan Islam dari masjid Al-Nouri pada musim panas 2014. Namun para ekstremis ISIS meledakannya pada Juni 2017 saat pasukan Irak mendekat.

Dua tahun setelah ISIS diusir, Mosul menjadi kota yang penuh dengan reruntuhan tanpa ada upaya internasional yang berarti untuk membangun kembali kota itu. Kota Mosul masih berjuang dalam layanan dasar seperti listrik, air, dan perawatan kesehatan.

Karena itu, program pembangunan PBB bekerja untuk memulihkan rumah-rumah warga di Kota Tua bersejarah tersebut. Sementara sebagian besar penghuninya masih tinggal di kamp-kamp.

Namun tidak hanya restorasi masjid, UNESCO juga akan membangun kembali gereja, sekolah, dan jalan di Kota Tua Mosul yang terkenal dengan toko-toko bukunya.

Uni Emirat Arab (UEA) menyediakan senilai 50,4 juta dolar untuk membiayai proyek tersebut. Fokusnya adalah pada restorasi masjid. Sedangkan Uni Eropa menyediakan sebesar 24 juta dolar.

Azoulay menekankan bahwa pihaknya juga akan membangun kembali sebuah sinagog dan tempat-tempat keagamaan Kristen. Keputusan untuk memilih Mosul menurut Azoulay adalah dalam rangka pembenahan karena sejarah, khususnya sebagai kota keragaman.

"Kami telah memilih Mosul sebagai simbol karena Mosul sebelum konflik adalah kota keragaman, kota toleransi, lebih dari toleransi, kota di mana orang-orang hidup bersama dan saling mengenal di luar komunitas, di luar hal-hal agama," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement