REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kota Petra berada 240 kilometer di selatan Kota Amman. Kota Petra adalah mukjizat. Kata itulah yang terlontar ketika saya melewati lorong raksasa yang membawa kami menuju gerbang keajaiban itu.
Belum juga sampai di gerbang pertama, kami sudah dibuat kagum dengan jalanan yang membelah gunung tinggi. Setiap sudut jalanan itu adalah spot foto yang sempurna.
Sekitar 20 menit sebelum sampai, singgahlah sejenak di keajaiban yang lain untuk sekadar membasuh muka dengan air Musa. Mengucur dari sebuah batu, konon air itu adalah salah satu keajaiban dari tongkat Nabi Musa yang dipukulkan ke sebuah batu yang kini masih terawat. Dari batu itu, air segar keluar seperti ledeng sebagai bekal air bani Israel yang dikawal Musa ke tanah harapan.
Menurut Koordinator KBRI Yordania untuk wilayah Palestina, Nico Adam, air itu tidak pernah mengering atau berhenti keluar hingga kini. Bayangkan, air ini digunakan oleh seisi Kota Petra, tidak habis-habis, kata dia.
Menurut Nico pula, pH (ukuran kadar keasaman atau basa larutan) air Musa hampir sama dengan pH air zamzam di Makkah yang merupakan ke ajaiban untuk Nabi Ismail. Republika sendiri telah mencoba meminum air tersebut dan rasanya begitu segar.
Air Musa kini berada di sebuah bangunan seperti rumah di pinggir jalan utama. Sebuah kolam kecil menampung air dari batu agar orang mudah mengambilnya. Dari kolam itu, air mengalir keluar dari saluran kecil berbentuk parit. Siapa pun bisa masuk dan mengambil air Musa tanpa dipungut biaya. Warga setempat biasanya datang mengambilnya menggunakan jeriken.
Sekitar pukul 11.00 waktu setempat, mobil rombongan kami memasuki tempat parkir wisata Petra. Sekilas, kami seperti berhenti di tepian gunung gersang. Namun, ketika mendekat, tempat wisata itu ternyata dikelola dengan sangat modern. Untuk masuk, semua wisatawan harus melewati pemeriksaan meski tidak seketat di bandara. Tempat membeli tiket berada di dalam.
Kebetulan, hari Jumat merupakan hari libur bagi warga Yordania. Karena itu, Petra begitu ramai hingga kami harus mengantre tiket. Harga tiket bagi wisatawan non-Yordania lumayan mahal, yaitu 50 dinar Yordania (JD) atau hampir mencapai Rp 1 juta. Harga tersebut lebih mahal 10 JD dari biaya visa masuk negara itu. Namun, warga setempat cukup membayar 1 JD.
Masuk ke dalam, wisatawan masih harus melewati pemeriksaan tiket. Nah, di pintu ini, kita harus melewati gerbang (gate) seperti di stasiun KRL. Melewati pintu itu, berarti petualangan di Kota Petra telah dimulai hingga ke jalanan terjal ala Indiana Jones.
Sejatinya, kota kuno Petra merupakan sebuah peradaban yang hilang. Menurut arkeolog dari Universitas Ya mouk, Yordania, Zeidoun al-Muheisen, jantung Kota Petra telah hilang tersapu gempa bumi sehingga yang bisa dilihat saat ini hanya 15 persen darinya.