REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Saat Utsmaniyah menguasai Kairo, Sinan dipromosikan sebagai pimpinan arsitek. Dia diberi hak khusus untuk merobohkan bangunan-bangunan di kota yang ditaklukan - tentunya yang tak sesuai dengan rencana kota. Saat bertugas di Timur, Sinan ikut membangun benteng pertahanan dan jembatan. Salah satunya jembatan menuju Danube.
Sinan juga begitu ahli mengubah arsitektur gereja menjadi masjid. Bahkan, pada 1535 M, dia sempat membuatkan kapal untuk tentara dan pasukan meriam yang akan melintasi Danau Van. Ketika Aelebi Latfi Pasha menjadi Grand Vizier pada 1539 M, Sinan diangkat menjadi arsitek di Istanbul. Inilah awal kariernya sebagai arsitek sebenarnya.
Tugas utama yang harus diembannya adalah mengawasi pembangunan dan masuknya barang-barang di Kesultanan Usmani. Selain itu, Sinan juga bertanggung jawab untuk mendesain dan membangun sarana publik seperti, jalan, irigasi atau saluran air, dan jembatan. Kewenangannya semakin besar setelah diangkat menjadi Ketua arsitek istana.
Di awal kariernya sebagai arsitek, Sinan banyak berhubungan dengan pembangunan arsitektur kubah tradisional. Sebagai seorang tentara sekaligus, pendekatan arsitekturnya lebih pada sudut pandang empiris dibandingkan teoritis. Dia lalu mulai bereksperimen dengan desain dan teknik struktur kubah tunggal dan banyak kubah.
Sinan mencoba menghasilkan sebuah geometri baru yang murni, sebuah rasionalitas dan integritas spasial dalam desain dan struktur masjid. Lewat upaya itu, dia menunjukkan kreativitas dan harapannya untuk menciptakan sebuah kesatuan ruang yang jelas. Sejak itu, Sinan juga mulai mengembangkan serangkaian kubah yang bervariasi.
Kubah dan lengkungan yang didesain membengkok. Namun, dia menghindari elemen-elemen curvilinear dalam desainnya. Sinan lebih memilih mengubah lingkaran kubah ke dalam sebuah segi-empat , persegi enam, atau sistem persegi delapan. Sinan memang dikenal amat jenius dalam mengorganisasi ruang dan penciptaan resolusi tegangan lewat desain. Sinan tutup usia pada 17 Juli 1588 M.