Kamis 05 Sep 2019 15:18 WIB

Menag: Tak Perlu Hujat-menghujat Saat Dakwahkan Agama

Menag mengajak pendakwah dakwahkan kesejukan agama.

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin bersiap mengikuti rapat kerja dengan Komisi VIII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (25/7).
Foto: Republika/Prayogi
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin bersiap mengikuti rapat kerja dengan Komisi VIII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (25/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin  mengimbau kepada para penceramah agama di Indonesia yang mengemban tugas menebarkan fungsi nilai agama untuk memahami inti pokok ajaran agama. 

Menurut dia, para penceramah agama tidak perlu saling menghujat dalam menebarkan agamanya masing-masing. 

Baca Juga

Dia menjelaskan, nilai universal yang terkandung dalam inti pokok ajaran agama itu adalah mengangkat harkat martabat kemanusian serta merawat dan mengembangkannya sesuai konteks kekinian.  

"Kita tidak perlu menghujat sesama dalam menebarkan agama. Sejatinya agama itu merangkul dan mengayomi,” kata Lukman saat menjadi pembicara kunci dalam seminar yang mengusung tema Meningkatkan Kebijaksanaan dan Wawasan Kebangsaan bagi Penceramah Agama (Enhacing Wisdom and Citizenship among Religios Preacher) di Jakarta, Kamis (05/09). 

Menurut Lukman, perlu kearifan bagi para penceramah di tengah masyarakat yang sangat religius dan majemuk bukan malah sebaliknya dengan membesar-besarkan perbedaan.    

Dia melanjutkan, materi ceramah hendaknya menyatukan dalam konteks kebangsaan. Karena itu, Kemenag telah menerbitkan sembilan seruan ceramah agama di rumah ibadah pada 2017 lalu. "Mohon seruan ini digencarkan kembali agar rumah ibadah tak jadi pusat konflik internal, konflik antaragama ataupun agitasi politik," ucap Lukman.

Dalam seminar tersebut, Lukman juga menyampaikan bahwa agama tidak bisa ditebarkan dengan murka, marah dan emosi. Sebab, sesuai karakternya agama hanya bisa ditebarkan dengan cara manusiawi. 

"Setiap agama memiliki ajaran yang sama bahwa pada diri setiap manusia ada bagian Tuhan yang dititipkan. Agama itu menjaga eksistensi nilai-nilai kemanusian. Agama sangat menjunjung tinggi manusia dan ini menjadi modal besar bagi penceramah agama," kata Lukman.

Deminar tersebut merupakan kerjasama Parisada Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) dengan King Abdullah Bin Abdulaziz International Center for Interreligious and Intercultural Dialogue (KAICIID). Puluhan peserta yang mengikuti seminar adalah para penceramah dan pemuka agama yang berasal  dari enam agama, yaitu: Islam, Buddha, Kristen Hindu, Katolik, dan Khonghucu. 

Seminar ini turut mengundang para tokoh nasional yang mengedepankan semangat demokrasi, toleransi, multikulturalisme dan visi kebangsaan sebagai pembicara yakni, KH Nasaruddin Umar, Komarudin Hidayat dan Alissa Wahid.  Tampak hadir mendampingi Menag, Dirjen Bimas Buddha, Caliadi dan Ketua Umum NSI Suhadi Sanjaya. 

Menurut Lukman, tema yang diusung dalam seminar ini sangat bermakna dalam menebarkan nilai-nilai agama ke tengah masyarakat. Ada dua kata kunci dalam tema seminar tersebut, yaitu kebijaksanaan dan wawasan kebangsaan bagi penceramah agama.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement