REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Selama peristiwa hijrah ke Madinah, Rasulullah SAW memperlihatkan etika yang baik dengan menjalin hubungan yang baik dengan kaum Yahudi di Madinah.
Mantan rektor Istitut Ilmu Alquran (IIQ) Jakarta KH Dr Ahsin Sakho Muhammad, menjelaskan saat Nabi SAW tiba di Madinah, beliau masih mengikuti shalat orang Yahudi dengan berkiblat ke arah Masjid al-Aqsha. Hal itu dilakukannya selama 16 bulan. Sebagai pendatang baru, Nabi SAW mencoba beradaptasi lebih dahulu.
Nabi SAW kala itu memang dalam posisi dilema. Kiai Ahsin mengatakan, kaum kafir Quraisy mengolok-olok Nabi SAW tatkala dia shalat menghadap Masjid al-Aqsha dengan olokan tidak mengikuti ajaran Ibrahim.
Allah kemudian memerintahkan Nabi SAW untuk berkiblat ke Ka'bah. Setelah menghadap ke Masjid al-Haram, orang-orang Yahudi berbalik mengolok-olok Nabi SAW karena dinilai tidak memperlihatkan sebagai kelanjutan nabi-nabi terdahulu.
Dalam sejarahnya, meskipun kelahiran akan Nabi Muhammad SAW sebagai nabi akhir zaman telah diceritakan bahkan sejak nabi-nabi terdahulu, namun kaum Yahudi enggan mengikuti ajaran Muhammad. Kaum Yahudi merasa tersaingi dan merasa lebih senior dibandingkan Muhammad dan ajaran yang dibawanya.
Nabi Muhammad merupakan keturunan Nabi Ismail dan bukan keturunan Nabi Ishaq. Sedangkan kaum Yahudi berprasangka nabi akhir zaman adalah keturunan dari Nabi Ishaq dan Nabi Yakub.
"Mereka (kaum Yahudi) lebih tahu Muhammad utusan Allah yang terakhir, Yahudi meyakini Muhammad sebagai Nabi, hanya saja mereka tidak mau beriman kepada Muhammad karena hasad dan dengki," tambahnya.