Jumat 23 Aug 2019 23:59 WIB

Industri 4.0, Lembaga Dakwah Islam Indonesia Bersiap Diri

Lembaga Dakwah Islam Indonesia menyiapkan diri hadapi era Industri 4.0.

Ilustrasi Industri 4.0
Foto: pixabay
Ilustrasi Industri 4.0

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—  Era digital yang termasuk di dalamnya Industri 4.0 ini menciptakan perubahan besar, di bidang ekonomi, yang  mengubah cara orang berproduksi, berinvestasi, distribusi, dan konsumsi. 

Sementara di dunia pendidikan, memberi pilihan-pilihan bagaimana siswa belajar dari sisi substantif, yang juga perlu penyesuaian metode dan instrumen pembelajarannya.

Baca Juga

Menyikapi keadaan tersebut Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Lembaga Dakwah Islam Indonesia bakal menggelar lokakarya nasional yang fokus kepada bidang pendidikan dan ekonomi.

Ketua DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia, Prasetyo, mengatakan rra disrupsi diupayakan menjadi era peluang, yang memindahkan aktivitas sosial, politik, dan ekonomi dari alam nyata ke alam maya, memang memerlukan upaya serius. 

Menurut Prasetyo, semua manusia tak ada yang berpikir bahwa dunia bisa seperti ini. Terjadinya economic shifting sangat terasa, yang mengakibatkan taksi dan rental mobil kewalahan menghadapi taksi daring. “Bahkan pameran komputer sepi, karena masyarakat bisa beli secara daring, demikian pula retail,” kata dia. 

Sementara di bidang pendidikan, kata dia, sangat memungkinkan lembaga-lembaga kursus atau les, harus mengubah proses pembelajarannya, karena terdapat aplikasi yang memungkinkan siswa atau orangtua memilihkan guru les. 

Dia mengatakan, tanpa antisipasi atau pengetahuan yang cukup dalam penggunaan instrument digital, masyarakat bisa kehilangan mata pencarian. Namun di sisi lain, bila mampu memanfaatkan, era digital memberi kesetaraan bagi semua orang untuk mengakses kesejahteraan, membuka usaha, bahkan menjadi artis di Youtube, tanpa harus membintangi film atau membuat karya seni yang hebat.   

“Lembaga Dakwah Islam Indonesia  berupaya mendorong warganya untuk bisa beradaptasi dengan era digital dan Revolusi Iindustri 4.0, agar imbas terpuruknya ekonomi, bisa disiasati dengan memanfaatkan kemudahan-kemudahan di era digital ini,” kata dia.  

Dia menjelaskan, kegiatan ini dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi kesenjangan digital yaitu digital divide yang  mempunyai arti, sebagai kesenjangan (gap) antara individu, rumah tangga, bisnis, (atau kelompok masyarakat), dan area geografis pada tingkat sosial ekonomi yang berbeda dalam hal kesempatan atas akses dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi/TIK (information and communication technologies/ ICT)

Sementara di sisi lain, kata dia, juga perlu pengenalan bahwa  pengembangan ekonomi berbasis bagi-hasil  akan merupakan mitra alamiah dengan ekonomi digital, karena pola penggalangan dana investasi juga semakin beragam, karena itu perlu semakin memahami pola-pola urun dana.

“Dunia pendidikan dan ekonomi merupakan tulang punggung bangsa untuk menjadi bangsa yang maju, untuk itu kedua hal ini harus bisa beradaptasi dengan era digital. Khususnya usaha-usaha yang dikelola dalam bentuk koperasi-koperasi majelis taklim dan bentuk – bentuk gig ekonomi .

Dia menjelaskan, lokakarya rencananya   digelar pada 10-13 September tersebut, akan dihadiri sejumlah akademisi dan praktisi di bidang pendidikan dan ekonomi. Dari sisi teoritis, peserta bisa memahami gejala atau fenomena, sementara para praktisi akan memberikan pengalamannya di era digital dan industri 4.0.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement