REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Suatu ketika ada sahabat yang menyembunyikan tangannya dari pandangan Rasulullah SAW Rasul heran dan bertanya. Sahabat itu beralasan bahwa ia malu karena sebagai penebang kayu tangannya kasar dan tidak halus.
Rasulullah memegang tangan orang tersebut lalu menciumnya seraya bersabda bahwa tangan seperti inilah tidak akan disentuh api neraka. Ungkapan Rasul SAW sebagai penghormatan betapa Islam sangat menghargai kemandirian dan mencela perbuatan meminta-minta dan menjadi beban orang lain.
Profesi mencari kayu bakar dengan segala faktor kesulitan, kerendahan perolehan hasilnya lebih baik daripada menganggur dan menjadi beban orang lain. Rasulullah sangat mengecam umatnya yang malas bekerja. Dalam sebuah haditsnya ditegaskan, "Yang sangat menakutkan atas umatku adalah banyak makan, lama tidur, serta malas.. Pengangguran hanya akan menjadikan seorang manusia menjadi keras hati. " (HR Al-Syihaab)
Sebaiknya Rasulullah menganjurkan umat untuk bekerja keras dan ,mandiri. "Sesungguhnya Allah mencintai hambanya yang berkarya. Dan barang siapa yang bekerja keras untuk keluarganya maka ia seperti berjuang dijalan Allah Azza Wa Jalla. "(HR Ahmad). Dalam hadist lain ditegaskan: "Tidaklah seseorang makan makanan yang lebih baik daripada hasil keterampilan tangannya sendiri. "(HR Burhari).
Rasulullah sendiri dikenal sebagai pekerja keras. Namanya sudah dikenal sebagai seorang saudagar sejak usia muda. Muhammad baru berusia 12 tahun ketika pertama kali melakukan perjalan ke Suriah bersam pamannya, Abu Thalib. Dalam perjalanan ini pula, ia bertemu seorang pendeta, Bahira, yang memberitahu rombongannya bahwa kelak Muahammad menjadi seorang nabi.
Dari berbagai perjalanan perniagaaan yang dilakukan, Nabi berhasil membina dirinya sebagai pedagang profesional, yang memiliki reputasi dan Integritas yang luar biasa. Ia berhasil mengukir namanya dikalangan kaum Quraisy pada umumnya dan masyrakat bisnis pada khususnya, jauh sebelum ia dipekerjakan oleh saudagar terpandang saat itu, Khadijah, yang kelak menjadi istrinya. Ia saat itu biasa disapa dengan sebutan Siddiq (jujur) dan Amin (terpercaya).
Buku Muhammad sebagai seorang pedagang yang disusun oleh Afzalurrahman terbitan yayasan Swarna Bhumy menyebut, berdasar riwayat Ma'amer yang mengutip Imam Zahri disebutkan ketika mencapai usia dewasa, Nabi telah menjadi seorang pedagang, dengan modal orang lain. Khadijah mempekerjakannya untuk membawa barang dagangannya ke pasar Habasyah yang merupakan kota dagang di Tahamah.
Rahasia keberhasilan dalam perdagangan adalah jujur dan adil dalam hubungan dengan para pelanggan. Kepada yang memberi kepercayaan, tak sepeserpun uang yang digelapkan dan tidak sesenpun yang di-mark up. Dengan prinsip ini, Nabi mendapatkan keuntungan yang melebihi dugaan. Di sini, Nabi telah menunjukkan bagaimana caranya dengan tetap berpegang pada kebenaran, kejujuran, dan sikap amanah mewujudkan kemakmuran dalam