Senin 19 Aug 2019 21:08 WIB

Cara Pesantren Al Ikhlash Cetak Santri Mahir Bahasa Asing

Pesantren Al Ikhlash mengajarkan bahasa Arab dan Inggris untuk santri.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Pesantren Al Ikhlash Kuningan, Jawa Barat
Foto: Republika/ Andian Saputra
Pesantren Al Ikhlash Kuningan, Jawa Barat

REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN – Menguasai bahasa asing adalah perkara wajib bagi para santri di Pondok Pesantren Modern Al Ikhlash Kuningan, Jawa Barat. Bukan saja agar santri bisa memahami setiap literatur keislaman, melainkan supaya santri dapat memiliki daya saing lebih setelah lulus dari pesantren. 

Menurut pengajar Ponpes Modern Al Ikhlash Kuningan, Ustaz Ikmal Maulana Akbar, Pesantren Al Ikhlash mengadopsi metode pembelajaran seperti Pondok Pesantren Gontor. “Pembelajaran seperti Gontor, jika Gontor Kulitatul Mualimin Al Islamiyyah (KTA) kita di sini Tarbiyah Mualimin Al Islamiyyah (TMA), buku-bukunya pun sebagian diambil dari Gontor,” kata Ustaz Ikmal kepada Republika.co.id pada Senin (19/8).  

Baca Juga

Menurutnya, seluruh pembelajaran agama dan umum di Ponpes Al Ikhlash dikemas dalam satu sistem kegiatan belajar mengajar mulai pagi hingga siang hari.

Pada sore hari, kata dia, santri akan kembali mengikuti pembelajaran agama sesuai kelasnya masing-masing. Dan setelah pelaksanaan shalat Maghrib, para santri juga kembali melakukan evaluasi berbagai hal yang sudah dipelajari dalam sehari penuh.   

Selain mendorong santri bisa menguasai Alquran melalui program tahfiz pada pagi hari, ujar dia, santri Ponpes Al Ikhlash ditekankan untuk menggunakan bahasa asing yakni Arab dan Inggris.   

Dia menjelaskan, pembekalan pada santri agar bisa menguasai bahasa asing ini dilakukan dengan cara pemberian kosa kata bahasa Arab dan Inggris yang dilakukan setiap pagi hari. Pesantren pun membagi pengguna bahasan arab dan Inggris tiap pekannya. 

Menurut dia, untuk membiasakan para santri berbahasa asing, setiap pengantar pembelajaran menggunakan bahasa Arab dan Inggris. Selain itu agar mengasah kemampuan santri berbahasa asing, pesantren mempunyai program khitabah atau praktik berpidato menggunakan bahasa Arab dan Inggris. 

“Jumat pidatonya pakai bahasa Indonesia, Sabtu pakai bahasa Inggris, Ahad pidato pakai bahasa Arab. KBM sendiri kita menggunakan bahasa asing,” katanya.

Pesantren Al Ikhlash Kuningan bahkan, kata dia, mempunyai Mahkamah Bahasa. Bagi santri yang kedapatan tak menggunakan percakapan bahasa asing sesuai jadwal akan dikenakan sanksi. Biasanya berupa mengumpulkan puluhan kosa kata bahasa asing, hingga membuat tulisan dalam bahasa asing. 

Meski demikian, menurut dia, bagi santri yang baru masuk pesantren terlebih memperkenalkan program penggunaan bahasa asing. Santri baru diwajibkan memakai bahasa asing minimal setelah enam bulan mondok di pesantren. 

Dengan penekanan menguasai bahasa asing, tutur dia, santri Ponpes Al Ikhlash pun dapat banyak yang bisa melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi di luar negeri seperti di Al Azhar Mesir. Saat ini pesantren yang berada di Ciawilor, Ciawi Gebang, Kuningan itu memiliki total sebanyak 380 santri. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement