Senin 29 Jul 2019 23:04 WIB

Belajar Bahasa Arab dan Mendalami Islam tak Bisa Dipisahkan

Bahasa Arab merupakan kunci belajar agama.

Rep: Nugroho Habibi/ Red: Nashih Nashrullah
KH Ahsin Sakho Muhammad
Foto: Agung Supriyanto Republika
KH Ahsin Sakho Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Belajar bahasa Arab memiliki kedudukan dan peran yang sangat vital dalam mendalami agama.

Menurut mantan rektor Institut Ilmu Alquran (IIQ) Jakarta, KH Ahsin Sakho Muhammad, Muslim yang belajar agama tanpa guru tidak bisa dilakukan tanpa belajar bahasa Arab. Karena, memahami al-quran diperlukan memahami bahasa Arab. 

Baca Juga

Kendati demikian, Kiai Ahsin mengatakan Muslim tidak harus belajar bahasa Arab jika telah memiliki guru agama (spiritual)  yang paham. Sebab, mereka dapat belajar dengan menggunakan bahasa Indonesia dengan bimbingan guru agama. "Kalau belajar agama tanpa belajar bahas arab, ya bisa dengan catatan harus dari guru-guru yang mumpuni,” tutur dia merespons peresmian Pusat Studi Islam dan Bahasa Arab (PUSIBA) Al Azhar di Indonesia yang berlangsung di Universitas Islam Assyafiiyyah, Jatiwaringin, Bekasi (29/7).

Karena itulah, kata dia, belajar bahasa Arab hukumnya merupakan fardlu kifayah (red- sebuah aktivitas dalam Islam yang wajib dilakukan, tetapi bila sudah dilakukan oleh muslim yang lain maka kewajiban ini gugur). "Ya fardlu kifayah. Bukan kewajiban setiap individu," kata Kiai Ahsin. 

 

Secara terpisah, perwakilan Organisasi Ikatan Alumni Al-Azhar cabang Indonesia, Muhammad Arifin, menjelaskan beberapa tantangan studi bahasa Arab.  

Dia mengatakan, kebanyakan orang yang belajar bahasa Arab, khusunya Indonesia mengganggap metode yang diajarkan tidakkah menarik, padahal tidak demikian. 

Dia berpendapat, belajar bahasa Arab akan memiliki banyak manfaat. "Tantangannya, masih ada anggapan bahwa bahasa Arab itu hanya bahasa agama, padahal tidak," kata dia. 

Arifin menjelaskan, bahasa Arab merupakan salah satu bahasa dari sekian bahasa dunia yang diakui oleh PBB. Selain Timur Tengah, bahasa Arab juga telah digunakan di banyak negara. 

Kedepannya, dia pun menyebut, melalui Pusiba akan dapat menarik minat agar banyak orang belajar bahasa Arab. Dengan fasih berbahasa Arab, siswa yang ingin melakukan studi ke Mesir akan lebih mudah berkomunikasi. Pusiba akan terus dikembangkan dan sangat mungkin membuka bimbingan bahasa Arab ke masyarakat luas.   

Sebelumnya, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin bersama Deputi Grand Syekh al-Azhar Mesir, Syekh Shaleh Abbas meresmikan Pusat Studi Islam dan Bahasa Arab (Pusiba) al-Azhar di Indonesia. Dalam kesempatan tersebut, Lukman menyambut baik kepercayaan al-Azhar kepada Indonesia. 

Lukman menjelaskan, Pusiba merupakan cabang pertama yang dibuka di luar Mesir dan diresmikan langsung oleh para petinggi al-Azhar. “Tentu ini kehormatan bagi Indonesia. Saya minta para calon mahasiswa agar memanfaatkan kegiatan belajar di Pusat Bahasa ini dengan sebaik mungkin," ujar Lukman dalam keterangannya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement