Oleh: Dian Widiyanarko, Penulis dan Pengkaji Filsafat
"Tolong jaga ini dengan nyawamu" kata Sukarno sambil menyerahkan sebuah lipatan kain kepada orang kepercayaannya yang berpangkat Mayor. Setelah itu Sukarno digiring oleh pasukan Belanda yang menangkapnya keluar dari Istana Gedung Agung Yogyakarta.
Tak lama setelah proklamasi Republik Indonesia, Belanda yang masuk kembali dengan membonceng sekutu, kemudian menangkapi pemimpin republik untuk membubarkan eksistensi Republik Indonesia.
Simbol-simbol RI lainnya seperti bendera juga dirazia dan dimusnahkan. Beberapa orang yang memakai pin merah putih saja sering diminta menelan pin yang terbuat dari logam itu jika terjaring razia Belanda.
Hal itu disadari dengan baik oleh sang Mayor yang mendapat titipan Bung Karno. Sebab kain yang dititipkan bukan kain biasa, itu adalah bendera pusaka Sang Merah Putih, yang dikibarkan saat proklamasi tiga tahun lalu.
Sang Mayor pun memutar otak, bagaimana caranya membawa bendera pusaka itu keluar dari Yogya tanpa terjaring razia Belanda. Kemudian munculah ide cerdik dari Sang Mayor untuk membuka jahitan bendera dengan hati-hati, dan memisah kain merah dan putih. Lalu kain itu dilipat terpisah dan dicampur baju-baju. Maka selamatlah bendera pusaka dari razia Belanda.
Di kemudian hari, bendera ini kembali diserahkan pada Bung Karno dan disatukan persis di jahitan yang dibuat Ibu Negara Fatmawati. Maka Sang Saka Merah Putih kembali utuh dan masih ada sampai saat ini.
Mayor yang berjasa besar menyelamatkan bendera pusaka ini adalah Habib Muhammad Husein bin Salim bin Ahmad bin Salim bin Ahmad Al-Muthahar atau yang kemudian lebih dikenal sebagai H. Muthahar.
Dia adalah seorang sayyid atau keturunan Nabi Muhammad SAW. Di Indonesia sebutan ini akrab dikenal dengan habib. Di zaman dahulu, sebutan ini dipanggil dengan sebutan Maulana.
Khusus untuk Habib Mutahara dia menguasai enam bahasa asing secara aktif. Uniknya Habib Mutahar ini juga pernah menjadi duta besar Republik Indonesia di Tahta Suci Vatikan.
Mungkin banyak yang tak mengenal pribadi Habib Muthahar. Namun hampir semua orang Indonesia pasti kenal lagu ciptaannya yang selalu dinyanyikan setiap peringatan proklamasi RI.
Lagu itu inspirasinya datang saat Habib sedang di sebuah hotel. Tiba-tiba muncul dibenaknya, lalu dia minta alat tulis pada sahabatnya Hoegeng Imam Santoso yang di kemudian hari dikenal sebagai pejabat Kapolri periode 1968-1971. Bahkan Pak Hoegeng kemudian dikenal sebagai Kapolri terbaik dan legendaris.
Judul lagu ciptaan Habib Muthahar itu adalah "Hari Merdeka". Ini dia lirik lagunya:
Tujuh belas Agustus tahun empat lima
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari Merdeka nusa dan bangsa
Hari lahirnya Bangsa Indonesia Mer.. de.. ka
Sekali merdeka tetap merdeka
Selama hayat masih di kandung badan
Kita tetap setia .. tetap sedia
Mempertahankan Indonesia
Kita tetap setia tetap sedia
Membela negara kita